Page 315 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 315

4)  Memperjuangkan Irian Barat
                  5)  Mempercepat pembangunan
                  Dalam usaha untuk mencari penyelesaian masalah-masalah daerah serta
            musyawarah pada tanggal 10-14 September 1957 diselenggarakan musyawarah

            nasional yang dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional baik dipusat maupun didaerah,
            termasuk  mantan  wakil  Presiden  Moh.  Hatta  di  Jakarta.  Dalam  musyawarah
            nasional tersebut dibicarakan antara lain masalah-masalah pemerintahan, soal-
            soal daerah, ekonomi keuangan, angkatan perang, kepartaian, dan juga masalah

            yang menyangkut dwitunggal Soekarno-Hatta. Musyawarah nasional ini berhasil
            mengambil beberapa keputusan yang mencermikan suasana saling pengertian
            selama musyawarah tersebut berlangsung. Pada penutupannya pada tanggal
            14 September dikeluarkan suatu pernyataan bersama yang ditandatangani oleh

            Presiden Soekarno dan mantan wakil Presiden Moh. Hatta (Sudharmono, 1985
            : 110).

                   6        Dekrit Presiden 5 Juli 1959




                  Periode ini dimulai dengan dilaksanakannya pemilihan umum 1955 dan
            berakhir dengan diumumkannya Dekrit Presiden tahun 1959 tentang kembali
            ke  UUD  1945.   Setelah bersidang  lebih  kurang 2,5  tahun  ternyata badan
                           72
            Konstituante  belum  dapat  menghasilkan  suatu  rancangan  UUD  sebagaimana
            yang ditentukan oleh Pasal 134 UUDS 1950.  Majelis Konstituante tidak atau
                                                        73
            belum  berhasil  menyelesaikan  tugasnya  untuk  menyusun  UUD  baru  ketika
            Presiden Soekarno berkesimpulan bahwa Konstituante telah gagal.

                  Atas dasar inilah,  ia  mengeluarkan  Dekrit tanggal  5 Juli  1959 yang
            memberlakukan  kembali  UUD  sebagai  UUD  Negara  Republik  Indonesia.
                                                                                        74
            Dasar hukum yang dijadikan rujukan untuk mengeluarkan dekrit ini  adalah
            Staatsnoodrecht (hukum tata negara darurat).  Dalam konsiderans dari Dekrit
                                                          75
            itu, dikemukakan beberapa dasar pertimbangan bagi penetapan dekrit tersebut,
            yaitu :

            72   Poesponegoro dan Notosoesanto. Op.Cit. h. 316
            73    Radjab., Op.Cit. h. 104
            74   Huda,. Op.Cit. h .131
            75   Pimpinan MPR dan tim kerja sosialisasi MPR periode 2009-20014, empat pilar kehidupaan berbangsa
            dan bernegara, h. 133

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            311
   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320