Page 372 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 372

di  Malaka.  Sejak saat itu  secara  adsministratif  wilayah  Malaya  berada  dalam
            kekuasaan Inggris. Inggris menguasai Malaysia secara tidak langsung. Raja-raja
            Malaya masih tetap berkuasa atas rakyatnya, namun harus tetap dipertanggung
            jawabkan  dihadapan  pejabat Inggris.  Kekuasaan  Inggris berlangsung  sampai

            1942 ketika tentara Jepang berhasil mengusir Inggris dari Malaya.
                  Oleh sebab sama-sama dijajah negara yang sama, yaitu Jepang, pengaruh
            nasionalisme  dari  Indonesia  segera menyebar ke Malaya.  Salah  satu  tokoh
            Malaya yang terpengaruh gerakan nasionalisme  Indonesia  adalah  Ibrahim

            Yaacob pemimpin Kesatuan Melayu Muda (KMM). Disamping menjabat sebagai
            ketua KMM, Ibrahim Yacoob juga merupakan perwira dengan pangkat Letnan
            Kolonel (Evantino, 2009:25).
                  Pada  bulan-bulan  awal  1945,  kelompok  KMM yang tertarik pada

            perkembangan  politik  di  Pulau  Jawa,  dimana  Sukarno  diberi  ruang  gerak
            lebih  luas.  Menyusul  janji  kemerdekaan  oleh  Perdana  Menteri  Koiso  pada  7
            September  1944 yang menghidupkan cita-cita Indonesia  merdeka dan  mulai
            memberikan dukungan kepada gagasan Indonesia Raya. Untuk menjamin bahwa

            Malaya dimasukkan ke dalam program Indonesia untuk kemerdekaan, Ibrahim
            mengutus tiga wakilnya ke Jakarta untuk bertemu dengan Sukarno.
                  Pada 8 Agustus 1945, satu delegasi Indonesia terdiri dari Sukarno, Hatta,
            dan Radjiman, pergi ke Saigon menemui Marsekal Terauchi. Dalam perjalanan

            pulang ke Indonesia pada 13 Agustus, delegasi mampir tersebut ke Taiping dan
            disana bertemu dengan Ibrahim Yaacob, yang memberitahukan kepada Sukarno
            dan Hatta bahwa orang-orang Melayu ingin mencapai kemerdekaan bagi Malaya
            (tidak termasuk Singapura) dalam kerangka Indonesia Raya. Dia mengusulkan

            agar kemerdekaan Malaya juga diumumkan akhir Agustus (Evantino, 2009:26).
                  Soekarno terharu atas antusiasme Ibrahim lalu dijabatnya tangan Ibrahim
            kemudian berkata “Mari kita ciptakan satu tanah air bagi mereka dari keturunan
            Indonesia.”  Ibrahim  menjawab  “Kami  orang  Melayu  akan  setia  menciptakan

            ibu negeri dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia yang merdeka. Kami
            orang-orang Melayu bertekad untuk menjadi orang Indonesia.
                  Namun  semua  itu  tidak  sampai  terjadi  pasca  Jepang  kalah  perang  dan
            menyerah 15 Agustus. Ibrahim diperintahkan untuk membubarkan Giyuugun

            (tentara  sukarelawan  Melayu).  Cita-cita  Indonesia  Raya  ambruk.  Tanggal  19


                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            368
   367   368   369   370   371   372   373   374   375   376   377