Page 375 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 375

bersenjata dengan tujuan mengusir Inggris. Inggris sangat kesulitan dalam
            mempertahankan kedudukannya di  wilayah tersebut.  Pemerintah Inggris
            beranggapan bahwa  kaum komunis  akan mengambil  kesempatan untuk
            mengembangkan kegiatan mereka dengan alasan menentang penjajahan Inggris.

            Sedangkan  Inggris  tidak  sanggup  untuk  mempertahankan  pemerintahannya
            di  wilayah  tersebut  dalam  jangka waktu  yang lama.  Inggris secara kebetulan
            mempunyai perjanjian pertahanan dengan Malaya. Untuk tujuan keselamatan,
            kemajuan  ekonomi  dan  kestabilan  politik  negeri-negeri  inilah  yang  menjadi

            dasar rencana untuk mendirikan persekutuan yang lebih besar, yaitu Malaysia
            (Evantino, 2009:30).


            b.     Reaksi Rakyat Malaysia

                  Wilayah  Malaysia  yang  meliputi  Semenanjung  Malaya,  Singapura,  dan
            Kalimantan Utara menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Rakyat
            Malaya yang beretnis Melayu takut dengan kehadiran etnis Cina dari Singapura
            karena akan menambah dominasi etnis Cina di tanah Malaya. Sebaliknya etnis

            Cina di Singapura juga takut karena mereka akan tunduk terhadap Pemerintah
            Malaysia yang didominasi etnis Melayu (Evantino, 2009:30).
                  Pemerintah Inggris  memberikan solusi  dengan cara  menggabungkan
            wilayah Kalimantan Utara dengan negara Malaysia yang rencananya akan segera

            dibentuk. Dengan cara ini, maka etnis Melayu sebagai penghuni asli akan berjumlah
            lebih banyak dari etnis Cina yang sangat mendominasi perekonomian di Malaya.
            Di  Kalimantan  Utara,  rencana  pembentukan  Malaysia  mendapat  tentangan
            dari berbagai pihak. Sultan Brunei menolak bergabung dengan Malaysia karena

            takut kekayaannya dari hasil minyak bumi akan direbut pemerintah Malaysia.
            Pemimpin Etnis Cina Ong Kee Hui, pemimpin Dayak Tumenggung Jugah anak
            Barieng dan pemimpin Partai Rakyat Brunai A.M. Azahari menolak bergabung
            ke dalam Malaysia. Mereka lebih senang untuk mendirikan negara merdeka di

            Kalimantan Utara (Evantino, 2009:31).
                  Pemerintah  Inggris  kemudian  mengajak  para  pemimpin  politik  di
            Kalimantan Utara untuk menghadiri Persatuan Parlemen Commonwealth pada
            juli 1961. Akhir pembicaraan dalam persidangan Parlemen Commonwealth telah

            menghasilkan pembentukan Malaysia Solidarity Consultative Committee (MSCC)


                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            371
   370   371   372   373   374   375   376   377   378   379   380