Page 373 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 373

Agustus dengan pesawat Jepang Ibrahim terbang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta,
            Sukarno mengatakan kepada Ibrahim bahwa gagasan memasukkan Malaya tidak
            mudah karena kita harus berperang dengan Inggris dan Belanda, pada waktu
            yang bersamaan. Tapi, Sukarno menyarankan agar Ibrahim dan rekan-rekannya

            bergabung dalam perjuangan di Jawa untuk mencapai cita-cita Indonesia Raya
            (Evantino,2009:27).
                  Setelah kalah  perang,  Jepang menyerahkan kembali wilayah Malaya
            kepada Pemerintah Inggris. Pemerintah Inggris yang menguasai Malaya

            kembali  kemudian  membentuk  Malayan  Union  pada  1946.  Malayan  Union
            kemudian  diganti  dengan  organisasi  Persekutuan  Tanah  Melayu  pada  1948.
            Hal  ini  dikarenakan  dalam  Malayan  Union,  Raja-raja  Malaya  akan  kehilangan
            kedaulatannya. Singapura dipisah  dari organisasi  Persekutuan  Tanah Melayu

            karena letaknya yang strategis (Evantino,2009:27).
                  Ketika Inggris menduduki Malaya kembali, muncullah konflik antar etnis.
            Pemerintah Inggris kemudian  mengeluarkan peraturan bahwa warga non-
            melayu baru diakui sebagai warga negara bila sekurang-kurangnya telah tinggal

            selama 15 tahun dan membuktikan kesetiaannya kepada Pemerintahan Malaya
            maupun Inggris. Etnis Cina menganggap bahwa peraturan ini akan mendudukkan
            etnis Cina sebagai warga negara kelas II (Evantino, 2009:28).
                  Peristiwa ini memicu serangkaian kekacauan yang dilakukan etnis Cina.

            Kaum Cina yang telah dipengaruhi paham komunis membentuk sel-sel gerilya
            di hutan untuk melakukan pembakaran di perkebunan karet disertai intimidasi
            terhadap pekerja perkebunan. Pemberontakan etnis Cina di Malaya dipimpin
            oleh Ching  Peng. Sampai 1951,  pemberontakan ini berhasil  menimbulkan

            kekacauan di Malaya (Evantino, 2009:28).
                  Pemerintah Inggris kemudian mulai mengisolasi kaum pemeberontak dari
            rakyat Cina lainnya. Pemerintah Inggris juga mengajak berdialog para pemimpin
            politik  dan  etnis  untuk  membicarakan  kemerdekaan  Malaya.  Dengan  adanya

            janji kemerdekaan, maka para pemimpin komunis, baik dari etnis Cina maupun
            Melayu bersedia berdamai. Pemerintah Inggris juga menawarkan amnesti bagi
            para pemberontak yang bersedia menyerah (Evantino, 2009:28).
                  Janji akan adanya kemerdekaan membuat berbagai golongan di Malaya

            membuat  partai-partai  politik.  Kaum  Melayu  dengan  dukungan  para  raja


                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            369
   368   369   370   371   372   373   374   375   376   377   378