Page 394 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 394
Presiden Soekarno melihat bahwa Angkatan Darat kurang berminat untuk
menghancurkan Malaysia sehingga peperangan di Kalimantan Utara berlangsung
lama. Melihat dukungan tentara yang setengah-setengah, Presiden Sukarno
kecewa , padahal ia ingin sekali mengganyang Malaysia (Evantino,2009:61).
Sejak saat itulah, hubungan Sukarno dan PKI bertambah kuat, apalagi
setelah Tentara Indonesia mengalami kegagalan dalam operasi gerilya di Malaysia.
Penyebab kegagalan itu bukan karena tentara Indonesia tidak berkualitas, tetapi
para pemimpin TNI Angkatan Darat di Jakarta tidak tertarik untuk mengeskalasi
konfrontasi. Presiden Sukarno semakin curiga pada Angkatan Darat ketika
muncul isu Dewan Jenderal yang berniat akan melakukan kudeta (Evantino,
2009:61).
Angkatan Darat pada saat itu menghadapi buah simalakama. Mereka tidak
mau mengeskalasi konflik karena tidak yakin akan bisa menang menghadapi
Inggris. Di sisi lain, jika mereka tidak melakukan apa-apa, Presiden Sukarno
akan mengamuk. Tak peduli keputusan apa yang diambil, PKI akan tetap untung
(Evantino, 2009:62).
Sebuah percakapan santai Soekarno dengan para pemimpin sayap kanan
bahwa ia masih membutuhkan dukungan PKI untuk menghadapi Malaysia
dan oleh karena itu ia tidak bias menindak tegas mereka. Namun ia juga
menegaskanbahwa suatu waktu “giliran PKI akan tiba”. Sukarno berkata, “kamu
bisa menjadi teman atau musuh saya. Itu terserah kamu. Untukku, Malaysia
itu musuh nomor satu. Suatu saat saya akan membereskan PKI, tetapi tidak
sekarang” (Publisher, 2009:5).
Pihak Angkatan Darat, perpecahan internal yang terjadi mulai mencuat
ketika banyak tentara yang kebanyakan dari Divisi Diponegoro yang kesal serta
kecewa terhadap sikap petinggi Angkatan Darat yang takut kepada Malaysia.
Berperang hanya dengan setengah hati, dan berkhianat terhadap misi yang
diberikan Soekarno. Mereka memutuskan untuk berhubungan dengan orang-
orang PKI untuk membersihkan tubuh Angkatan Darat dari para Jenderal ini
(Publisher,2009:5).
Akhirnya, para pemimpin Angkatan Darat mengambil posisi unik. Mereka
menyetujui perintah Sukarno untuk mengirimkan tentara ke Kalimantan,
tetapi tak akan benar-benar serius dalam konfrontasi ini agar situasi tidak
Sejarah Nasional Indonesia VI 390