Page 392 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 392
Malaysia dan Inggris. Donald Stephens, pemimpin Sabah membantah bahwa isi
selebarannnya berbunyi bahwa tentara Indonesia harus menyerah (Evantino,
2009:55).
Indonesia menuntut agar tentara Inggris ditarik dari Kalimantan Utara
sebagai syarat perdamaian, namun ditolak pihak Malaysia. Sebaliknya, Tengku
Abdurahman menuntut agar tentara Indonesia ditarik ke Indonesia sebagai
syarat perdamaian. Dalam keadaan dimana Indonesia dan Malaysia tidak ada
yang mau mengalah, akhirnya PBB, menunjuk Thailand sebagai tuan rumah
perundingan Indonesia, Filiphina, Malaysia.
Perundingan segitiga tingkat menteri di Bangkok gagal mencari
kesepakatan. Hal ini terjadi karena Indonesia berkeinginan mengirim makanan
kepada tentara Indonesia di Kalimantan Utara melalui dropping udara. Usulan
Indonesia ditolak Malaysia. Hal ini membuat perundingan Bangkok mengalami
kegagalan. Akhirnya ketiga negara tersebut sepakat bahwa perundingan akan
dilanjutkan di Tokyo (Poesponegoro, 2008:467).
Kegagalan perundingan di Bangkok membuat situasi di Kalimantan
Utara menjadi tegang. Pada 10 Maret 1964, terjadi bentrokan kembali antar
tentara Inggris dengan Gerilyawan Indonesia. Sebanyak 2 Gerilyawan Indonesia
meninggal dunia dan dua lainnya terluka. Pesawat uadar Inggris juga berusaha
memasuki Indonesia, tapi diusir oleh Angkatan Udara Indonesia (Evantino,
2009:56).
PBB kemudian menyerukan KTT lagi untuk menjalankan usaha
perundingan Indonesia dan Malaysia. Utusan khusus Filipina di PBB, Salvador
A Lovez menyerukan gencatan senjata antara tentara Indonesia dan Malaysia.
Pemerintah Indonesia akhirnya setuju akan melakukan kembali perundingan
dengan Malaysia pada KTT yang akan dilaksanakan di Tokyo.
KTT yang dilaksanakan di Tokyo mengalami kegagalan karena Indonesia
dan Malaysia masih mengajukan tuntutan yang sama. Kegagalan KTT Tokyo serta
jebakan tentara Inggris membuat gerilyawan Indonesia semakin bernafsu untuk
menyerang tentara Inggris di Kalimantan Utara. Sepanjang 7-24 juni terjadi
pertempuran antara gerilyawan Indonesia dengan tentara Inggris. Pertempuran
ini menyebabkan 57 tentara Inggris tewas, 31 hilang dan 12 lainnya luka-luka.
Situasi ini dibalas Inggris menembaki Kampung Sekunyit yang masuk Kabupaten
Sejarah Nasional Indonesia VI 388