Page 79 - Nanda Amalia - Hukum Perikatan
P. 79

Terhadap rumusan pasal ini Subekti dalam bukunya Aneka Perjanjian (1995:
              1) “... adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu
              (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang
              pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri
              atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut”.

              Berdasarkan  rumusan  pasal  tersebut  di  atas,  dapat  ditarik  unsur  pokok
              (essentialia) dari perjanjian Jual Beli ini yaitu adanya ”barang dan harga”.
              Hal  ini  tekait  dengan  ketentuan  Pasal  1458  KUH  Perdata  yang  berbunyi
              ”Jual  beli  dianggap  sudah  terjadi  setelah  mereka  mencapai  kata  sepakat
              tentang barang dan harga, meskipun benda tersebut belum diserahkan dan
              harga belum dibayarkan”. Sejalan dengan ketentuan pasal ini, maka dapat
              juga  ditarik  suatu  kesimpulan  bahwa  dengan  mendasarkan  pada  asas
              konsensualisme, suatu perjanjian jual beli adalah dianggap telah lahir sejak
              dicapainya  kata  sepakat  diantara  para  pihak,  yang  ditunjukkan  dengan
              adanya ucapan atau perkataan ”setuju”, atau ”ok” atau ”deal”.

              Syahmin AK (2006 : 51)  menyatakan bahwa di dalam akta perjanjian jual
              beli harus dibuat dengan tegas apa saja yang menjadi hak dan kewajiban
              para pihak. Kewajiban utama penjual adalah :
              1)  menyerahkan  hak  milik  atas  barang  yang  diperjualbelikan.  Tentang
                 penyerahan ini dikaitkan dengan hukum kebendaan (note : kebendaan
                 ataupun barang dalam  hukum dikenal tiga jenis, yaitu Barang Bergerak,
                 Barang  Tetap  dan  Barang  Tidak  Berwujud  (seperti  piutang,  penagihan
                 atau  ”claim”)  yang  menjadi  objek  perjanjian  jual  beli  tersebut  oleh
                 Subekti (1995 : 9 -10) dijelaskan sebagai berikut:
                 (a)  untuk  barang  bergerak,  kewajiban  menyerahkan  cukup  dengan
                     penyerahan  kekuasaan  atas  barang  tersebut,  sebagaimana  yang
                     diatur  dalam  Pasal  612  KUH  Perdata  ”Penyerahan  kebendaan
                     bergerak,  terkecuali  yang  tak  bertubuh  dilakukan  dengan
                     penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama
                     pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam
                     mana kebendaan itu berada”.
                 (b)  Untuk  barang  tetap  atau  barang  tidak  bergerak,  penyerahan
                     dilakukan dengan perbuatan yang disebut ”balik nama” dihadapan
                     atau dicatatkan oleh Pejabat yang berhak. Dasar hukum nya dapat
                     kita lihat pada Pasal 616 jo 620 KUH Perdata.
                                                                          57
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84