Page 13 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 13
tersebut harus segera dilakukan, sebelum orang lain mendahuluinya. Kepandaian
akademis akan diperlukan bila usaha kita sudah berjalan, dan itu bisa kita dapatkan
dengan mengikuti kuliah lagi, atau kita bisa membayar orang-orang pandai sebagai
karyawan atau konsultan.
Berani Dulu, Baru Trampil
Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau merebus air, tapi akhirnya saya bisa
juga punya restoran. Itu karena, saya punya keberanian.
Saat saya berbicara pada kuliah kewirausahaan di Fakultas Ekonomi sebuah
universitas swasta di Yogyakarta, saya sempat ditanya para mahasiswa: “Apakah seorang
untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan dulu ?”
Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap di
benak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha. Saat pertanyaan ini saya
balikkan pada mereka, teryata sebagian besar mahasiswa mengatakan: “Perlu terampil
dulu, baru berani memulai usaha.”
Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka cenderung
menggunakan otak rasional. Padahal menurut saya, untuk menjadi pengusaha, kita harus
berani dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki keterampilan. Bukan sebaliknya,
terampil dulu, baru berani memulai usaha.
Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarya banyak sekali pengangguran yang
tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun, mereka tidak punya keberanian
memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang dimiliki apakah itu yang diperolehnya saat
sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu ‘kan
sayang sekali.
Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka usaha Restoran Padang Sari Raja.
Saya katakan pada mereka, bahwa terus terang saya tidak bisa membuat masakan padang
yang enak. saya penikmat masakan padang. Tapi saya tidak tahu bumbunya apa saja yang
membuat masakan tersebut enak. Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya
nggodhog wedang atau merebus air”. Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran,
karena saya punya keberanian.
Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar Primagama. Saya
belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat lain. Bahkan saya belum pernah
menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Namun, saya memberanikan diri untuk