Page 41 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 41
Selain itu, jika kita bisa memanfaatkan otak orang lain dengan baik,
sesungguhnya juga kemajuan yang positif bagi bisnis kita sendiri. Bahwa, kita pun
ternyata mampu mengangkat diri kita sebagai pemimpin perusahaan yang benar-benar
memiliki kemampuan profesional dan kecerdasan emosional. Niscaya, bisnis kita akan
tetap eksis dan lebih berkembang pesat disaat ini maupun di masa mendatang.
Dan, perlu diingat bahwa memanfaatkan otak orang lain, itu bukan merupakan
kelemahan kita sebagai entrepreneur. Tapi sebaliknya, hal itu justru menunjukan,
bahwwa kita benar-benar telah memiliki intelektualitas, kecerdasan emosional, kecintaan
pada diri kita sendiri, maupun perusahaan.***
Boss Bukan Pemimpin
Menjadi entrepreneur leader itu lebih baik dari pada jadi boss.
Panggilan boss itu memang sudah biasa di dalam dunia usaha walaupun mungkin
maksudnya untuk menghormati. Namun, menurut saya, sebetulnya panggilan boss itu
terkesan ada maunya, ada pamrihnya. Saya sendiri tidak bangga dengan panggilan itu.
Risih rasanya. Saya tidak ingin jadi boss. Saya ingin menjadi entrepreneur leader,
seorang entrepreneur yang juga seorang pemimpin.
Dalam hal ini, John C. Maxwell, yang banyak menyoroti perbedaan antara boss
dan pemimpin mengatakan, seorang pemimpin lebih punya itikad baik, lebih bijak, baik
dalam sikap dan tingkah lakunya. Dia lebih bisa melatih atau mendidik pengikutnya. Dia
juga bisa sebagai teladan bagi pengikutnya. Katakanlah, seorang karyawan yang baru
masuk di perusahaannya dan langsung mentoring pada seorang pemimpin menjadi cepat
berkembang, karena pemimpin mampu menimbulkan rasa antusiasme pada karyawannya.
Tetapi lain halnya, dengan seorang boss. Boss lebih mirip dengan juragan.
Seorang boss itu lebih banyak maunya sendiri, egoismenya tinggi, dan sikap atau tingkah
lakunya lebih terkesan menggiring pekerjanya dan kerap menimbulkan rasa takut pada
anak buahnya. Karena sikap itu menyangkut pola rasa dan pola pikir, sehingga pengaruh
sikap boss semacam itu, menurut seorang pakar kepribadian, Dale E. Galloway, akan
dapat membuat anak buahnya menjadi gelisah, menderita, melukai hati, dan bahkan bisa
mendatangkan musuh.
Seorang boss juga lebih tergantung pada wewenang, terutama wewenang
struktural. Kalau tidak memiliki lagi wewenang, maka pengaruhnya tidak ada. Bahkan
orang lain tidak lagi respek pada dia, manakala sudah tidak menjadi boss lagi. Itulah
memang konsekuensinya kalau seseorang lebih menggunakan wewenang struktural. Jadi