Page 36 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 36
Sementara itu, dengan semakin banyak belajar ilmu manajemen, kerap kali
membuat kita justru semakin bertindak hati-hati dalam segala urusan bisnis. Kita tidak
punya keberanian untuk bertindak. Dalam pikiran kita yang ada hanyalah ketakutan dan
ketakutan. Kalau sudah begitu, mana mungkin kita punya semangat kerja yang tinggi dan
kompetitif.
Pengalaman bisnis pun juga semakin sulit diterapkan, bahkan kerap kali tidak
jalan lagi. Perubahan serba cepat dan kacau itu membuat kita sadar, bahwa saat sekarang
ini bukan lagi kita hanya bermodalkan pengetahuan yang sarat dengan teori semata.
Tetapi, saat ini justru dibutuhkan orang yang buta teori atau jauh dari mental
sekolahan. Nyatanya, orang yang jauh dari mental sekolahan itulah yang justru bisa
meraih sukses. Hal itu karena, mereka tidak hanya sematamata mengandalkan pada teori,
namun mereka lebih mementingkan ketangguhan, keuletan dan tahan banting. Sehingga,
semua perubahan yang serba kacau dan cepat justru dianggapnya sebagai tantangan.
Tantangan itulah yang dapat membangkitkan motivasinya.
Optimisme Entrepreneur
Sesungguhnya keberanian seorang entrepreneur dalam menggeluti bisnisnya,
terletak pada optimismenya.
Dalam situasi ekonomi sesulit apapun, saya rasa seorang entrepreneur atau
wirausahawan harus tetap optimis dalam menggeluti bisnisnya. Sebab, sesungguhnya
keberanian seorang entrepreneur dalam menggeluti bisnisnya adalah terletak pada
optimisme. Dengan tetap optimis, kita akan tetap termotivasi dan cemerlang dalam
memanfaatkan setiap peluang bisnis.
Bukan sebaliknya, pesimis. Sebab, sikap pesimis itu akan membuat semangat
berwirausaha kita menjadi runtuh. Hal semacam itu jelas kalau bakal merugikan kita.
Saya rasa wajar manakala dalam mengeluti bisnis kita, ada saja masalah yang timbul
pada setiap harinya. Tinggal bagaimana sikap kita masing-masing.
Bila kita menghadapinya tidak dengan pikiran yang segar, dengan tidak optimis,
maka tentu saja kita akan dihadapkan pada situasi pikiran yang rumit, terlalu tegang dan
akhirnya bisa stres sendiri. Bahkan, ide atau gagasan kita yang cemerlang tiba -tiba
berhenti, dan pada akhirnya merembet pada sikap kurang percaya diri. Sehingga dalam
setiap kita melakukan negoisasi bisnis akan selalu grogi.
Tetapi coba bandingkan, bila kita tetap punya optimisme yang tinggi. meski
diterpa “angin keras” apa pun kita tetap optimis, baik dalam bisnis maupun kehidupan