Page 88 - Flipbook Bu Ernawati Kearifan Lokal Mandar
P. 88
Cicci’ : “Kalian ada-ada saja” (sambil memukul kedua
teman nya.)
Kaco kende’ : “Cicci’!! mengapa jadi begini mengapa hanya
tradisi peputiq cina sehingga cinta kita kandas di
tengah jalan”.
Cicci’ : “Kaco’ itu tak kan terjadi. Aku juga tak habis
pikir. Aku juga sudah tak tahan dengan
penderitaan seperti ini, bawah aku pergi ke
ujung dunia sekalian”
Kaco Kende’ : “Cicci’!! apakah engkau sudah memikirkan
akibatnya kalau kita ambil jalan pintas”?
Cicci’ : “Semuanya sudah ku pikirkan matang-matang,
apapun resikonya akan kita hadapi bersama
walaupun nyawa taruhan nya”.
Ba’du Samang : “Pecoai wandi dolo’ mi e’”.
Kaco Kende’ : “Jadi apakah penyelesaiannya kita harus kawin
lari, sipalaiang atau……………….”?!
Cicci’ : “Atau apa……………!! Langkah ini sudah
sewajarnya kita tempuh, kitakan berusaha
menempuh jalan yang terbaik, tapi karna hanya
peputiq cina lah yang menjadi penghalangnya”
Puang To’dang : “Cicci’ buka pintu……………..!”
Cicci’ : “Tunggu apalagi kita harus lari sekarang juga,
cepat kaco”.
Ba’dulu : “Bagaimana ini kaco’..”??
Kaco Kende’ : “Yah apa boleh buat. mua’ kindo tammelorang
kama’ tammeturu ara’ tammepatuangan besomi
dai’ elo pua puatta”.
Ba’du Samang : “Cepat Kaco” (berlari)
Puang Bora’ : “Masiri’ mi tau Puang, Cicci telah minggat dari
rumah”
Puang To’dang : “Nanaeke aluppas mepasiri’, kemana pun
engkau, kamu tak kan lepas dari kejaranku”.
Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar | 81