Page 86 - Flipbook Bu Ernawati Kearifan Lokal Mandar
P. 86
Cicci’ : “Maksud puang…”?
Puang To’dang : “Siapa lagi kalau bukan Kaco Kandeq”?
Cicci’ : “Memangnya ada apa dengan i Kaco puang”?
Puang To’dang : “Ada apa, ada apa…! Keluarga mereka telah
mempermalukan keluarga kita mepasiri’”!!
Cicci’ : “Mepasiri’ ananda semakin tidak mengerti
dengan pembicaraan puang”.
Puang Bora : “Saatnya engkau mengerti bahwa selama ini,
keluarga mereka menganggap keluarga kita
keluarga rendahan, padahal kita juga keturunan
ningrat mahiya puang…! Dan kalau di hitung-
hitung kita lebih tinggi derajatnya dari pada
mereka”!
(masuk sambil membawa secangkir kopi).
Cicci’ : “Puang..! Apa buktinya kalau keluarga mereka
menganggap kita keluarga rendahan”?
Puang To’dang : “Tidak usah kamu mencari bukti, keluarga kita
di beri peputiq cina sebanyak 2 buah, itu sama
saja dengan penghinaan!! padahal seharusnya
mereka harus membawakan kita sebanyak 3
buah menurut derajatnya”
Cicci’ : “Artinya kakanda Kaco kende melamar Cicci’,
tapi ditolak hanya karena peputiq cina? Apa
yang menjadi kelebihan Peputiq Cina hanya
sehelai kain saja”!
Puang Bora’ : “Rupanya kamu sudah berani angkat bicara,
sejak kapan kamu berani mengajari tentang adat
budaya, apakah kamu juga akan
mempermalukan keluarga ningrat yang
terhormat ini”?
Cicci’ : “Tidak puang, sama sekali cicci’ tidak berhasrat
mempermalukan keluarga, tapi apakah karena
derajat tradisi sehingga perkawinan ini
Drama Berbasis Kearifan Lokal Mandar | 79