Page 188 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 188

RINGKASAN ISI BABAD
 Teks diawali dengan pernghormatan kepada Dewa Brahma dan pernyataan   istri dan empat orang putranya yaitu: Pedanda Sakti Bukian, Pedanda Sakti
 bahwa teks ini disusun pada Saka 1833. Cerita dimulai dengan Sang Hyang   Ngurah, Pedanda Sakti Kamenuh, dan Pedanda Sakti Bukit. Pedanda Sakti
 Hattama sedang beryoga. Dilanjutkan dengan tokoh-tokoh Brahmarsi dalam   Ketandan tidak turut serta bersama keluarganya, dan lebih memilih untuk
 purana. Setelah uraian tentang Brahmarsi diceritakan pula tokoh Dang   menetap di Desa Kamenuh.
 Hyang Bajrasatwa yang lahir dari yoga Mahadewa dan ditugaskan untuk   Raja Mengwi kemudian mengirim utusan untuk meminta Pedanda Sakti                 Tempat penyimpanan: keropak; asal:
 mengembangkan Brahmakula di Yawadwipa.                                                                                                                 salinan dari lontar milik I Goesti
 Bukian menjadi Bhagawanta Mengwi. Pedanda Sakti Bukian menyanggupi                                                                                     Poetoe Djlantik Anak Agoeng Negara
 Catatan perjalanan Dang Hyang Nirartha diuraikan dari Wilwatikta ke   permintaan Raja Mengwi, dan oleh raja beliau diberikan tempat di Kekeran.        Boeleleng; keadaan: baik; ukuran:
 Daha, dari Daha ke Pasuruhan, dari Pasuruhan ke Blambangan. Dang   Pedanda Sakti Bukian memiliki empat orang putra yaitu: Pedanda Wayahan              50,6 cm x 3,7 cm; ruang tulisan: 41,5
 Hyang Nirartha menikah dengan putri Brahmana dari Daha, putri Brahmana   Kekeran menetap di wilayah Semiharum, Pedanda Made Kekeran menetap            cm x 3,5 cm; tebal: 64 lembar; jumlah
 dari Pasuruhan, putri dari Sri Juru Blambangan. Di Blambangan Dang   di Griya Kekeran Blahbatuh, Pedanda Nyoman Kekeran menetap di Tanah               halaman: 128 halaman; jumlah baris
 Hyang Nirartha difitnah. Beliau dan sekeluarga memutuskan untuk   Pura Bun, dan Pedanda Ketut Kekeran menetap di Griya Lanang Gulingan.                per halaman: 4 baris; aksara: Bali; cara
 menyeberang ke Bali. Dang Hyang Nirartha pergi ke Bali diikuti oleh   Garis keturunan Pedanda Sakti Bukian menurunkan sanak saudara di                 penulisan: digurat dari kiri ke kanan;
 tujuh orang anak-anak beliau yaitu: Hyang ning Melanting, Dang Hyang   Sandan Tabanan, Den Kayu Mengwi, Dentiris, dan Sukawati. Pedanda   27.          bahan: daun lontar; bahasa: Kawi;
 Wiraga Sandi, Ida Wayahan Ler, Ida Manuaba, Dayu Swabawa, Ida Telaga,   Sakti Ngurah pindah dari Tarupinge menuju ke Banjar Ambengan. Pedanda          bentuk teks: prosa; subjek: babad.
 Ida Bukcabe. Setelah di Bali tepatnya di Desa Mas, Dang Hyang Nirartha   Sakti Ngurah berputra Pedanda Wayahan Ngurah (Pedanda Sakti Lelandep).   BABAD KARANGASEM SASAK VA/5/778
 menikah dengan putri Bandesa Mas lalu menurunkan Ida Wayahan Mas.   Pedanda Sakti Lelandep menurunkan griya-griya di Banjar, Sukasada,                 Keterangan lain: pada lembar 1 recto
 Dang Hyang Nirartha juga menikahi pelayannya dan menurunkan Ida   Tangguwisia, Dencarik, Banjar Tegeha, Kamasan, Keramas, Manduang, dan                pada sisi kanan terdapat tulisan dengan
 Patapan. Dang Hyang Nirartha berpesan bahwa seluruh keturunannya   Cucukan Klungkung.                                                                  huruf Latin yang ditulis dengan pensil
 tidak diijinkan untuk menyembah Ida Patapan. Dang Hyang Wiraga Sandi   Pedanda Sakti Kamenuh tinggal di Tarupinge. Beliau menurunkan Ida               “Babad Karangasĕm-Sasak, toeroenan
 saat memuja harus duduk di hulu dari saudara-saudaranya, tidak diijinkan   Wayahan Gunung, Ida Made Kaler, dan Ida Nyoman Kemenuh. Garis               dari lontarnja I Goesti Poetoe Djlantik
 menggunakan walkala hanya menggunakan genitri.                                                                                                         Anak–Agoeng Negara Boeleleng,
 keturunan Pedanda Sakti Kamenuh menurunkan griya-griya di Kayuputih,                                                                                   ditoeroen oleh I Gede Ngembak, Br.
 Setelah Dang Hyang Nirartha moksa, Dang Hyang Wiraga Sandi pindah dari   Banjar Ambengan, dan Panaraga. Pedanda Sakti Bukit pindah dari                Dangin-Peken [Singaradja]”.
 Gelgel. Beliau ingin kembali ke Jawa melalui Bali Utara. Sesampainya di   Kayuputih ke Tiingtali Jagaraga. Beliau menurunkan seorang putra bernama
 Tarupinge beliau disambut oleh Pasek Gobleg. Pasek Gobleg menginginkan   Ida Wayahan Bukit. Pedanda Sakti Ketandan di Desa Kemenuh Gianyar             Pengarang/penyalin: I Gede Ngembak
 beliau untuk tinggal di Tarupinge. Dang Hyang Wiraga Sandi bersedia   menurunkan empat orang putra yaitu: Pedanda Ketewel, Pedanda Bon Biu,
 bila Pasek Gobleg telah mendapatkan ijin dari I Gusti Panji Sakti. Pasek   Pedanda Kamenuh, dan Pedanda Ketut Bukit di Dawan. Garis keturunan
 Gobleg kemudian menghadap I Gusti Panji Sakti dan mendapatkan ijin   Pedanda Sakti Ketandan menurunkan griya-griya di Kemenuh, Dawan,
 atas permintaan mereka. Dang Hyang Wiraga Sandi kemudian dibuatkan   Satria, Kusamba, Gunaksa, dan Pringalot.
 kediaman di Tarupinge. Dang Hyang Wiraga Sandi di Tarupinge ditemani












 176  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                          KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA         177
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193