Page 224 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 224
RINGKASAN ISI BABAD
Babad ini menceritakan mengenai leluhur kaum Ksatriya Tamanbali. tersebut sampai ke udara dan tercium oleh Hyang Wisnu, beliau segera Tempat penyimpanan: keropak 12;
Diawali dengan leluhur kaum Ksatriya Tamanbali pada masa yang bercengkrama di Tirta Harum. Di dalam sebuah gua tampak oleh Bhatara asal: salinan dari lontar milik I Goesti
lalu dilahirkan dari Tirtha Arum yang diciptakan oleh Bhatara Subali. Wisnu seorang gadis, tetapi sang gadis tidak menyadari keberadaan Bhatara Poetoe Majoen, Poenggawa disctrict
Diceritakan Bhatara Subali bersaudara dengan Dalem Bhatara Sekar Wisnu. Bhatara Wisnu mandi dan keluar air mani karena tak tahan melihat Abiansemal (Badoeng); keadaan:
Angsana. Bhatara Subali bersemayam di Gunung Agung, sedangkan kecantikan Ni Dewi Njung Asti. Bhatara Wisnu kembali ke Wisnuloka, baik; ukuran: 50,6 cm x 3,7 cm; ruang
Bhatara Sekar Angsana bersemayam di Pura Dasar Gelgel. Adapula saudara dan Ni Dewi Njung Asti keluar dari gua, melihat air mani Bhatara Wisnu tulisan: 42,2 cm x 3,7 cm; tebal: 67
beliau yang lahir dari ibu yang bukan bangsawan bernama Sang Hyang di atas batu, lalu diambil dan dimakannya. Dewi Njung Asti akhirnya lembar; jumlah halaman: 134 halaman;
Haji Jaya Rembat, serta seorang putri yang bernama Ni Mas Kuning. Sang hamil. Dalam keadaan hamil, berkunjunglah Hyang Wisnu dan bertanya 33. jumlah baris per halaman: 4 bari per
Hyang Haji Jaya Rembat bersemayam di Pura Kentel Gumi, sedangkan Ni mengenai asal usul dirinya. Setelah diceritakan dengan jelas, maka Ni halaman; aksara: Bali; cara penulisan:
Mas Kuning di Guliang. Diceritakan seorang pendeta bernama Sang Pandia Dewi Njung Asti diajak ke Wisnu Bhuana. Bhatara Subali memaklumi air digurat dari kiri ke kanan; bahan: daun
Wawu Rawuh bertemu dengan Bhatara Subali di Tolangkir. Sang Pandia suci Tirta Harum itu. Disuruhnya Sang Hyang Aji Rembat menjaganya BABAD MENGWI VA/12/1340 lontar; bahasa: Kawi; bentuk teks:
Wawu Rawuh hilir mudik menyusur tepi sungai Melangit, tetapi, tidak dan membersihkan pancuran tersebut setiap hari. Bhatara Subali membuat prosa; subjek: babad; usia: 82 tahun.
menemukan mata air. Lalu beliau menancapkan tongkat pada batu padas telaga meniru di Majapahit dan diberi nama Taman Bali. Selain itu, babad Keterangan lain: pada lembar 1 recto di
hingga keluar air yang jernih mengalir. Bersama dengan keluarnya air, ini juga menceritakan masa pemerintahan di Bangli. Pada saat itu kerajaan bagian kiri terdapat penanggalan 4-1-
muncul pula seorang wanita. Sang Pandia Wawu Rawuh menanyai wanita dipimpin oleh sang ratu bernama I Dewa Ayu Den Bencingah. Masa 1937, di bagian kanan terdapat tulisan
itu dan memberi nama Ni Dewi Njung Asti. Air yang keluar dari batu pemerintahannya tidak pernah surud. Sama seperti sebelumnya, seluruh tangan dengan pensil berhuruf Latin
tersebut kemudian diberi nama Tirta Harum karena keharumannya yang wilayah kekuasaannya tentram dan damai. “Babad Mangwi, toeroenan lontarnja
semerbak mewangi. I Goesti Poetoe Majoen, Poenggawa
Ni Dewi Njung Asti diminta untuk menjaga sumber air tersebut dan Sang disctrict Abiansemal (Badoeng).
Pandia Wawu Rawuh kembali pulang. Ternyata bau harum sumber air
212 KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA 213