Page 40 - New Final HS Mutahar
P. 40

Inventarisasi Sumber Arsip Husein Mutahar: Pengabdian dan Karyanya | 27


                   Pak Mutahar yang menyelamatkan bendera pusaka pada saat perjuangan
                   dulu, jadi pasti bisa mengenalinya. Mutahar kaget setengah mati, dalam
                   pikirannya terbersit, bagaimana kalau bendera yang di dalam kotak itu
                   bukan bendera pusaka, “wah, bisa celaka aku,” gumamnya.

                       Mutahar berpikir keras, agar bisa meyakinkan Pak Harto tentang
                   keaslian bendera pusaka tanpa harus memeriksanya sendiri. ”Maaf Pak
                   Harto. Bukan saya tidak mau memenuhi permintaan Bapak, tetapi biarlah
                   saya jelaskan secara detail ciri-cirinya, setelah itu silakan Bapak memeriksa
                   dan memastikan sendiri keaslian bendera pusaka. Jika ciri-cirinya cocok
                   berarti asli,” ujarku dan setelah itu cepat-cepat mohon pamit. Pak Harto
                   mendengarkan usulan Mutahar, dan Bendera dalam kotak itu memang
                   asli Bendera Pusaka. Pada puncak upacara HUT Proklamasi 1968,
                   bendera pusaka yang asli itu kembali berkibar di Istana Merdeka Jakarta.

                       Pada tahun 1969, pembuatan bendera duplikat disetujui. Dalam
                   usulannya, Mutahar meminta agar duplikat bendera pusaka dibuat
                   dengan tiga syarat, yakni: (1) bahannya dari benang sutera alam, (2) zat
                   pewarna dan alat tenunnya asli Indonesia, dan (3) kain ditenun tanpa
                   jahitan antara merah dan putihnya. Namun, gagasan itu tidak semuanya
                   terpenuhi karena keterbatasan yang ada. Pembuatan duplikat bendera
                   pusaka itu memang terlaksana, dan dikerjakan oleh Balai Penelitian
                   Tekstil Bandung, dibantu PT Ratna di Ciawi Bogor. Akan tetapi syarat
                   yang ditentukan Mutahar tidak terlaksana karena bahan pewama asli
                   Indonesia tidak memiliki warna merah standar bendera. Sementara
                   penenunan dengan alat tenun asli bukan mesin akan memakan waktu
                   terlalu lama. Sementara, bendera duplikat yang akan dibuat jumlahnya
                   cukup banyak. Bendera duplikat akhirnya dibuat dengan bahan sutera,
                   namun menggunakan bahan pewarna impor dan ditenun dengan mesin.
                   Bendera duplikat itu kemudian dibagi-bagikan ke seluruh daerah tingkat
                   I, tingkat II dan perwakilan Indonesia di luar negeri pada 5 Agustus 1969.
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45