Page 240 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 240
229 SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA
memonopoli perdagangan rempah-rempah pekerjaan, seperti mendayung perahu dan
di Maluku. Para pedagang rempah-rempah mengangkut balok-balok kayu dari hutan
hanya boleh menjual kepada pihak Belanda. Seram dan Lease.
Jika mereka menjual kepada pihak lain, Kayu-kayu tersebut selanjutnya
mereka akan dituduh sebagai penyelundup dibawa menuju Ambon untuk berbagai
dan pembangkang. kepentingan pemerintah Hindia Belanda.
Kembalinya kolonialisme Belanda Mereka yang melalaikan kerja rodi akan
di Maluku diawali dengan pengembalian dipanggil oleh Residen Belanda di Saparua
kekuasaan Inggris kepada Belanda di Maluku. untuk selanjutnya diikat pada sebuah tiang
Seiring dengan itu, kebijakan pemerintah dan kemudian harus menerima hukuman
kolonial Inggris diganti dengan kebijakan cambuk dengan menggunakan rotan. Di
pemerintah kolonial Belanda yang lebih antara mereka terdapat pula yang berupaya
merugikan bagi masyarakat Maluku. Pada melakukan perlawanan, tetapi pemerintah
masa pemerintahan Inggris, penyerahan Belanda akan merantai dan memasukkan
wajib dan kerja wajib dihapuskan, tetapi mereka ke dalam kamar gelap yang ada di
berbagai kebijakan tersebut justru kembali dalam Benteng Duurstede.
diberlakukan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Kegelisahan masyarakat Maluku Peran Thomas Matulessy dalam Arus
kian bertambah ketika pemerintah kolonial Sejarah
Belanda mengeluarkan uang kertas sebagai Berbagai bentuk penindasan
pengganti uang logam yang sebelumnya dan ketidakadilan yang dialami oleh
telah digunakan oleh masyarakat Maluku. masyarakat Maluku melahirkan protes
Pemerintah kolonial Belanda juga mulai kepada pemerintahan kolonial Belanda.
menerapkan perekrutan masyarakat Maluku Protes tersebut diwujudkan dalam bentuk
untuk menjadi tentara Belanda. Kebijakan penyerahan daftar keluhan yang ditandatangi
pemerintah kolonial Belanda di Kepulauan oleh para tokoh masyarakat dan orang-orang
Maluku tersebut diterapkan di hampir seluruh terpandang dari Saparua hingga Nusa Laut.
wilayah, termasuk di Haria tempatThomas Daftar keluhan yang telah diserahkan tersebut
Matulessy bersama keluarganya tinggal. tidak mendapat tanggapan dari van den Berg,
Perlawanan yang dilakukan oleh Residen Belanda di Maluku. Hal ini membuat
Thomas Matulessy terhadap kekuatan asing masyarakat Maluku di bawah pimpinan
yang menjajah negerinya tidak terlepas dari Thomas Matulessy melakukan pertemuan di
situasi dan kondisi masyarakat Haria yang Hutan Warlutun pada bulan Mei 1817. Mereka
saat itu hidup dalam tekanan kolonialisme bermusyawarah dan akhirnya memutuskan
Belanda, yang berupaya memaksimalkan untuk menghancurkan Benteng Duurstede di
eksploitasi sumber daya alam dan manusia Saparua sekaligus membunuh semua yang
di Haria melalui kerja rodi. Thomas melihat tinggal di dalamnya. Benteng Duurstede
masyarakat yang tinggal di kampungnya, seolah menjadi simbol kolonialisme Belanda
termasuk ayah, paman, dan kerabatnya di Saparua. Benteng ini pula yang kemudian
yang dipaksa untuk melakukan berbagai menjadi sasaran serangan pasukan

