Page 77 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 77

SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA                                                                       66



             membuat Depati Amir dan pengikutnya               masyarakat Bangka sehingga Residen
             berseteru dengan pemerintah kolonial              Belanda mengirimkan Kepala Polisi Letnan

             Belanda.                                          Campbell, Kepala Perdagangan Belanda di
                   Awal dari perselisihan yang kemudian        Pangkal Pinang, yakni De Bley dan Kepala
             berubah menjadi peperangan antara Depati          Jaksa, yakni Demang Arifin.
             Amir dan Pemerintah Kolonial Belanda                   Seperti  halnya  prosedur  yang  biasa

             adalah ketika pedagang besar Belanda              dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda,
             di Sungailiat tidak mau membayar utang            aparat yang dikirim adalah para opas atau
             pemerintah Belanda sebesar 150 gulden             polisi kolonial. Namun, perlawanan Depati
             kepada ayahnya, yakni Depati Bahrin.              Amir tidak bisa ditanggulangi oleh para

             Pemerintah kolonial Belanda telah ikut            opas sehingga pemerintah kolonial Belanda
             menikmati hasil perdagangan timah di              berpandangan bahwa perlawanan Depati
             wilayah kekuasaan Depati Barin, terutama          Amir dianggap sebagai sebuah perlawanan
             setelah mereka berhasil menundukkan               yang telah meresahkan masyarakat atau

             Kesultanan Palembang.                             lebih tepatnya kepentingan pemerintah
                   Utang tersebut merupakan sisa               kolonial Belanda.
             harga timah yang dijual oleh Depati Barin              Pada 17 Desember 1848 Letnan
             kepada pedagang Belanda yang belum                Campbell  dan  Demang  Arifin  melakukan

             dilunasi. Saat itu parit-parit timah swasta       upaya untuk menangkap Depati Amir
             masih banyak dan parit terbesar dimiliki          yang tengah berada di kediaman Demang
             oleh Depati Barin di daerah Merawang.             Abdurrasyid di daerah Sungai Rangkui.
             Permintaan Amir agar pemerintah Belanda           Depati Amir berhasil meloloskan diri dari

             membayar sisa harga timah tersebut ditolak        penangkapan tersebut, tetapi ibundanya
             sehingga Amir kemudian mengancam akan             yang bernama Dakim dan putra angkatnya
             menyerang Sungailiat dan Merawang.                yakni Baudin, saudaranya yang bernama
             Selain itu, perlawanan Depati Amir juga           Ipah,  serta  empat  orang  pengikutnya

             disebabkan oleh penerapan peraturan               berhasil ditangkap oleh empat orang batin
             mengenai  monopoli  perdagangan  timah            dari Distrik Pangkalpinang, yakni Batin
             oleh pemerintah kolonial Belanda yang             Mendobarat, Batin Mendotimur, Batin
             menyebabkan         terjadinya      berbagai      Merawang,  dan Batin Penagan.  Setelah

             kecurangan dalam perdagangan timah                penangkapan tersebut, perlawanan Depati
             sehingga rakyat Bangka sangat dirugikan.          Amir terhadap pemerintah kolonial Belanda
                   Sikap dan tuntutan Depati Amir              menjalar ke wilayah lain di Pulau Bangka.
             mendapat tanggapan dari Residen Belanda

             di Bangka, F. van Olden. Ia menilai bahwa         Peran Depati Amir dalam Arus Sejarah
             sikap Amir hanya untuk memprovokasi                    Meluasnya perlawanan masyarakat
             masyarakat yang tinggal di wilayah                Bangka di bawah pimpinan Depati Amir
             tersebut. Namun, sikap Amir tersebut              tidak  diduga  oleh  pemerintah  kolonial

             jika dibiarkan akan mengurangi wibawa             Belanda. Hal lain yang juga tidak diduga
             pemerintah kolonial Belanda di mata               oleh pemerintah  kolonial Belanda adalah
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82