Page 85 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 85
SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA 74
H.A.S Hanandjoeddin mengenyam pendidikan teknik di jurusan Machine Banweerken Ambacht School
Manggar dari tahun 1931-1934. Tampak Hanandjoeddin duduk di bangku depan (kedua dari kanan).
Sumber : Pusat Penerangan Angkatan Udara
mempertahankan Pangkalan Udara Bugis kali. Serangan terberat pasukan Belanda
dari serangan pesawat-pesawat Belanda terhadap kantong-kantong yang menjadi
yang merupakan rangkaian serangan wilayah pasukan Hanadjoeddin dan
Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947. pasukannya terjadi pada 30 Agustus 1947.
Selama kurang lebih 8,5 jam pangkalan Serangan berat tersebut membuat pasukan
udara tersebut dihujani bom dan tembakan pejuang RI meninggalkan 60 mitraliur
peluru namun Hanadjoeddin bersama 60 mereka namun berhasil diamankan oleh
anggotanya berhasil mempertahankan pasukan Hanadjoeddin.
Pangkalan Udara Bugis sekaligus Hingga ditandatanganinya Perjanjian
menyelamatkan 15 pesawat yang Renville pada 17 Januari 1948 Hanadjoeddin
disembunyikan di sekitar pangkalan. dan pasukannya berhasil mempertahankan
Kendati berhasil menahan gempuran front Malang, namun setelah perjanjian
pesawat tempur dan pembom Belanda, tersebut Hanadjoeddin dan pasukannya
namun Pangkalan Udara Bugis di Malang harus meninggalkan wilayah republik
pada akhirnya jatuh ke tangan pasukan menuju wilayah Campurdarat Kabupaten
Belanda. Sejak itu Hanadjoeddin yang Tulung Agung. Bersama pasukannya pula,
ditunjuk sebagai Komandan Sektor I Hanandjoeddin mendirikan Pangkalan
merangkap Komandan Sektor II STC Front Udara Campurdarat. Setelah itu
Malang Timur melakukan perlawanan Hanandjoeddin ditunjuk menjadi Komandan
dengan cara gerilya. Kontak senjata antara Pertahanan Udara Parigi dengan tugas
pasukan yang dipimpin oleh Hanadjoeddin membuka blokade udara yang diterapkan
dengan pihak Belanda terjadi berkali- Belanda. Hal ini ditujukan agar Indonesia