Page 63 - Perdana Menteri RI Final
P. 63

mempengaruhi  posisi  politik  Indonesia.  dikembalikan kepada Belanda seperti di masa   ENDNOTES
 Indonesia harus berhati-hati, bermain apik   kolonial.

 dan cerdik dalam situasi politik internasional   1   Rudolf Mrazek, Sjahrir: Politik dan Pengasingan di Indonesia   33  Ibid., hlm. 50.
 Hidup yang tidak dipertaruhkan takkan mungkin   (Jakarta: Yayasan Obor, 1996), hlm. 40-1.
 yang tidak memihak untuk meningkatkan                         34  Hamdani, “Sutan Sjahrir”, hlm. 74.
 dimenangkan. Sjahrir telah mempertaruhkan   2  Mrazek, Sjahrir, hlm. 52.
 status politik Indonesia, diakui sebagai negara               35  Gerry van Klinken, 5 Penggerak Bangsa yang Terlupa:
 hidupnya dengan mengambil jalan politik   3  Ibid.               Nasionalisme Minoritas Kristen (Yogyakarta: LKis, 2010),
 berdaulat oleh dunia internasional.                              hlm. 173.
 tidak populer yang telah ditempuhnya–  4   Hamdani, “Sutan Sjahrir di Masa Mudanya”, dalam
                   Rosihan Anwar (ed.). Mengenang Sjahrir (Jakarta:   36  Sastra, “Makna Sjahrir untuk Sastra dan Sastra untuk
 Oleh karena itu, Sjahrir yang telah menghitung   tentu  dengan menghitung resiko-resiko dari   Gramedia, 1980), hlm. 72.  Sjahrir”, dalam Rosihan Anwar (ed.). Mengenang Sjahrir
                                                                  (Jakarta: Gramedia, 1980), hlm. 83. Mrazek, Sjahrir, hlm.
 matang-matang resiko politik dalam setiap jalan   keputusan tersebut. Sejarah membuktikan   5  Ibid.  73.
 yang diambilnya memilih setapak demi setapak   bahwa apa yang telah dipertaruhkan oleh   6  Mrazek, Sjahrir, hlm. 61.  37  Mrazek, Sjahrir, hlm. 72.
 mencari dukungan internasional seluas-luasnya   Sjahrir lewat seni diplomatiknya bukanlah   7   Ibid., hlm. 62.  38  Abu Hanifah, Bunga Rampai Soempah Pemoeda (Jakarta:
 dari negara-negara Asia tetangganya. Tidak   sebuah kegagalan seperti yang dituduhkan oleh   8   Hamdani, “Sutan Sjahrir”, hlm. 71.  Balai Pustaka, 1978), hlm. 340.
               9   Subadio Sastrosatomo, “Sjahrir: Suatu Perspektif Manusia   39  Mrazek, Sjahrir, hlm. 73.
 mengemis dan menjilat-jilat kekuatan negara   lawan-lawan politiknya di masa lalu. Pertaruhan
                   dan Sejarah”, dalam Rosihan Anwar (ed.). Mengenang
                                                               40  Benedict Anderson, “The Language of Indonesian Politics”,
 diplomatiknya membuahkan hasil Republik   Sjahrir (Jakarta: Gramedia, 1980), hlm. xi.
 adidaya, seperti AS dan Inggris, untuk mendapat                  Indonesia 1 (1966), hlm. 89-116.
 yang kita nikmati hari ini sehingga kita dapat   10  Solichin Salam, Sjahrir: Wajah Seorang Diplomat (Jakarta:
 restu dukungan pertahanan dalam menghadapi                    41  Ibid.
                   Pusat Studi dan Penelitian Islam, 1990), hlm. 13.
 membantah ejekan van Kleffens di sidang Dewan                 42  Anwar, Sutan Sjahrir, hlm. 36.
 tekanan Belanda. Pelan-pelan tapi pasti jejaring
               11  Burhanuddin, “Sjahrir yang Saya Kenal”, dalam Rosihan
 Keamanan PBB bahwa Republik bukanlah   Anwar (ed.). Mengenang Sjahrir (Jakarta: Gramedia, 1980),   43  Mrazek, Sjahrir, hlm. 94.
 politik  yang  ditanam  oleh  Sjahrir  di  Kairo
                   hlm. 48.
 dibentuk hanya melalui siaran radio, melainkan                44  Anwar, Sutan Sjahrir, hlm. 37.
 membuahkan hasil. Diplomasi politiknya kepada
               12  Mrazek, Sjahrir, hlm. 69.
 melalui kepercayaan diri, strategi yang hati-hati,            45  Ignas Kleden, “Sutan Sjahrir: Etos Politik dan Jiwa Klasik”,
 Liga Arab yang begitu berpengaruh di Timur
               13  Ibid., hlm. 65.                                dalam Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati,
 dan ketajaman intelektual yang telah terasah dari                Pejuang Kemanusiaan (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
 Tengah membuat Mesir, Suriah, Irak, Lebanon,   14  Ibid.
 para pendiri bangsa.                                             2010), hlm. 18.
 Arab Saudi, dan Yaman mengirim sinyal   15  Ibid.
                                                               46  Ibid., hlm. 18-9.
 pengakuan terhadap  kemerdekaan  Indonesia.   16  Ibid., hlm. 68.
                                                               47  J.D. Legge, Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan:
 Selain Kairo, salah satu pusat dari pembangunan   17  Ibid., hlm. 69.  Peranan Kelompok Sjahrir (Jakarta: Grafiti, 1993), hlm. 47.
 jaringan politik internasional Indonesia adalah   18  Hamdani, “Sutan Sjahrir”, hlm. 75.  48  Ibid.
 New Delhi. Melalui kerjasama diplomatik   19  Mrazek, Sjahrir, hlm. 67.  49  Benedict Anderson, “Pendahuluan”, dalam Sjahrir,
                                                                  Perjuangan Kita (Jakarta: Pusat Dokumentasi Politik
               20  Hamdani, “Sutan Sjahrir”, hlm. 75.             Guntur 49, 1994) hlm. 6. Sol Tas, “Kenangan pada Sjahrir”,
 dengan India, Indonesia mengirimkan beras
                                                                  dalam Rosihan Anwar (ed.). Mengenang Sjahrir (Jakarta:
               21  Sastrosatomo, “Sjahrir”, hlm. xii-xiii.
 untuk ditukar dengan tekstil dan kebutuhan                       Gramedia, 1980), hlm. 236-7.
               22  Ibid., hlm. xiii.
 lainnya. Diplomasi beras ke India bukan                       50  Mrazek, Sjahrir, hlm. 98.
               23  Ibid.
 hanya misi kemanusiaan dari Indonesia yang                    51  Sastrosatomo, “Sjahrir”, hlm. xiv.
               24  Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang
 empati terhadap India yang diserang bencana   Kemanusiaan (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm.   52  Tas, “Kenangan”, hlm. 237.
                   35.                                         53  Ibid., hlm. 238.
 kelaparan, tapi juga memiliki misi politik untuk
               25  Hamdani, “Sutan Sjahrir”, hlm. 73.          54  Mrazek, Sjahrir, hlm. 101.
 membuktikan kepada Belanda bahwa Indonesia
               26  Mrazek, Sjahrir, hlm. 80.                   55  Tas, “Kenangan”, hlm. 238. Sastrosatomo, “Sjahrir”, hlm.
 mampu menembus blokade yang disusun Belanda                      xiv.
               27  Ibid., hlm. 81.
 mengepung Indonesia. Melalui diplomasi                        56  Anwar, Sutan Sjahrir, hlm. 37.
               28  Ibid.
 beras  tersebut,  Indonesia  membuktikan  kepada              57  Mohammad Hatta, “Kenang-Kenangan Masa Lampau
               29  Burhanuddin, “Sjahrir”, hlm. 49.
                                                                  dengan Sjahrir”, dalam Rosihan Anwar (ed.). Mengenang
 dunia bahwa mereka mampu mengelola negara
               30  Mrazek, Sjahrir, hlm. 83.                      Sjahrir (Jakarta: Gramedia, 1980), hlm. 11.
 dan membantah asumsi bahwa Indonesia   31  Burhanuddin, “Sjahrir”, hlm. 49.  58  Mrazek, Sjahrir, hlm. 119.
 adalah negara tidak berdaya yang lebih pantas   32  Ibid.     59  Ibid.
 50  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959            PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  51
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68