Page 28 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 28
1637 : Nuruddinar-Raniri mendarat 1641 : Iskandar Thani wafat. Kerajaan kuat dalam pembentukan memang tidak pernah berada di
di Aceh dan segera menjadi ulama Aceh mengalami krisis suksesi pengetahuannya. bawah kekuasaan Mataram
kepercayaan Sultan Iskandar Thani setelah wafatnya sang Sultan, 1643 : Gowa-Tallo berhasil menguasai
(1636–1641). Dan, segera pula ia dikarenakan sang sultan tidak Bone sepenuhnya dan menempatkan 1652 : Amangkurat I melarang secara
menyerang ajaran sufistik yang telah meninggalkan pewaris kerajaan yang perwakilan Gowa-Tallo sebagai resmi setiap bentuk transaksi dagang
dikembangkan oleh Hamzah Fansuri berjenis kelamin laki laki. penguasa kerajaan Bone. Kondisi ini dengan VOC, dan memerintahkan
dan Syamsuddin as-Sumatrani. Ia berlangsung beberapa lama, sampai penutupan secara permanen seluruh
menuduh ajaran mereka sebagai 1641 : Terjadi aliansi VOC dengan akhirnya muncul Aru Palaka—putera pelabuhan di pantai utara Jawa
contoh dari wujudiyah dhalalah yang Johor berhasil mengusir Portugis di La Maddaremmeng—yang membantu 1652 : kerajaan Aceh telah mengirim
sesat “yang mulhid” dan “zindik”. Malaka, yang menghantarkan VOC utusan ke Turki Usmani untuk
menjadi satu-satunya perusahaan VOC melawan Gowa-Tallo, yang
1638 : Raja Banten, Abdul Qadir dagang Eropa di Nusantara. berakhir dengan penaklukkan Gowa- meminta bantuan meriam,
(1626-1651) mendapat gelar sultan Tallo oleh kompeni dagang Belanda yang kemudian dibalas dengan
sebagai hadiah dari misi khusus 1641 : Sultan Agung menggunakan 1644 : Al-Raniri meninggalkan Aceh pengiriman 500 orang Turki beserta
yang dikirimkannya ke Tanah Suci. gelar sultan dengan nama lengkap karena keberadaan tokoh ini di Aceh sejumlah besar alat tembak dan
Di samping itu, Sultan Banten ini Sultan Agung Matarami, ‘Abd Allah saat itu penuh dengan kontroversi amunisi.
diceritakan telah menerima buah Muhammad MawlanaMatarami 1656 : Salah satu guru al Raniri yang
tangan dari penguasa Haramain 1642 : ‘Abd al-Ra’uf b. ‘Ali al-Jawi al- 1646 : Permintaan Sultan Abdul Jalil terkenal, Abu Hafs Umar bin Abd
berupa bendera dan pakaian suci dan Fansuri al-Singkili meninggalkan untuk memperoleh konsesi dagang, Allah Ba Shaiban al-Tarimi al-
apa yang dipercayai sebagai bekas Aceh untuk belajar ke Arab. tepatnya ijin melewati Malaka tanpa Hadrami wafat.
jejak kaki Nabi SAW. Al-Sinkili berangkat ke Timur membayar tarif tol atas kapal dagang
Tengah untuk meneruskan studi Koromandel yang akan berlabuh di 1657 : Amangkurat I akhirnya
1639 : Sultan Agung mengirim seorang Batu Sawar. Meski memang ditolak— melakukan serangan ke Banten.
duta ke Mekkah untuk memperoleh Islam. Setelah belajar di beberapa bahwa kapal dagang Koromandel
gelar sultan, sehingga sejak saat negeri Islam di sepanjang rute tetap diwajibkan membayar tarif 1658 : Nur al-Din Muhammad ibn
itulah nama Sultan Agung resmi haji, al-Sinkili akhirnya tinggal tol di Malaka—hal ini memberi ‘Ali ibn Hasanji al-Hamid al-Syafi’i
menjadi nama penguasa Mataram dengan ulama Hijaz. Disnilah dia bukti kuat bahwa Johor, menyusul al-Asy’ari al-’Aydarusi al-Raniri
terbesar diperkenalkan dengan ashab al- terciptanya stabilitas politik regional wafat. Ia lahir di Ranir, atau Randir,
jawiyyin. Inilah yang membuatnya di Nusantara, telah diminati para sebuah kota pelabuhan tua di
1641 : Pangeran Rangsang, penguasa dapat membangun jaringan pedagang internasional. pantai Gujarat.
Mataram kala itu, mengirim duta ke langsung dengan ulama terkemuka
Mekkah sebagai upaya mendapatkan abad ke-17, khususnya al-Kurani 1650 : Amangkurat I (1646-1677) 1660 : Arung Palaka melancarkan
legitimasi sebagai penguasa Muslim dan Ahmad al-Qushashi (1538- berupaya menaklukkan Banten dan pemberontakan Bugis melawan
dari pusat keagamaan Islam itu. 1661), yang memiliki pengaruh Cirebon—dua kerajaan pesisir yang Gowa-Tallo, tetapi gagal.
16 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 17