Page 95 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 95

pesantren dan semakin meluasnya   maka “gelombang” keempat dalam   terjemahan kedua sejarawan wanita ini   Identity in Singapore (Suriani Suratman);
 tradisi penulisan berlangsung ketika   sejarah pemikiran Islam di Nusantara   sebaiknya dipakai sebagai perbandingan.  Chapter 8: Malayness as Mindset: When
 “birokatisasi agama” telah mulai   telah berada di ambang pintu.  Television Producers Imagine Audiences
 digalakkan. Semua peristiwa pemikiran   Maznah Mohamad dan Syed Muhd   as Malay (Iwan Kwek).
 keagamaan tersebut terjadi ketika   Raja Ali Haji Ibn Ahmad, ‘The Precious   Khairudin Aljunid bertindak
            sebagai editor dari sebuah buku
 Gift’ (Tuhfat al Nafis)—Annotated
 otoritas keagamaan telah semakin   translation by Virginia Matheson   yang membayangkan suasana ketika   ‘Indonesia And The Philippines’: Borderland
 dikaitkan pada kekuasaan politik.   & Barbara Watson Andaya. Kuala   pemikiran baru dalam keislaman mulai   and Forgotten Malays; Chapter 9 Riau: A
 Maka dari sinilah situasi kesenjangan   Lumpur: Oxford University Press, 1982.   terasakan. Judul buku itu adalah Melayu:   Malay Heartland at the Borders (Jan van
 tercipta. Ketika para ulama dan   Contents: Acknowledgements, Plates,   The Politics, Poetics and Paradoxes of   der Putten); Chapter 10 Filipino as Malay:
 pesantren semakin berhasil memperluas   Maps, Genealogies,Abbreviations. I.   Malayness. (Singapore: NUS PRESS, 2011).   Historicizing an Identity (Rommel A.
 lingkaran keberlakuan patokan moral   Introduction (tinjauan selintas tentang   Introduction: Maznah Mohamad and   Curamming).
 dan hukum keagamaan, ketika itulah   situasi abad ke-18 dan 19–buku ini mulai   Syed Muhd Khairudin Aljunied.  ‘Across The Nations’: Representing/Rejecting
 sistem kekuasaan yang semakin   dengan pernyataan bahwa ini berkisah   Malayness; Chapter 11 Absent Presence:
 bertumpu pada “kraton” yang telah   tentang hubungan Sultan Johor, wilayah   ‘Malaysia’: Contending Imaginations   The Malay in Straits Chinese literature
 berada di bawah dominasi asing. Hal   Bugis, dan Sumatra pada akhir abad ke-  Malayness; Chapter 1: Boundaries of   (Neil Khor Jin Keong); Chapter 12 Melayu
 ini bukan saja menjadikan pesantren   17. “A hundred and and fifty years later,   Malayness: “We have Made Malaysia:   and Malay—A Study of Appropriate
 dan ulama sekali-sekali bisa tampil   as the Tuhfat was being completed, most   Now it is Time to (Re)Make the Malays   Behavior (Hendrik M.J.Maier).
 sebagai krtikus yang keras terhadap   thinking Malays would agree that the   but Who interpret the History?’ (Judith
 situasi sosial yang diciptakan oleh   period after 1699 had seen major changes   Nagata); Chapter 2: Like a Shady Tree   Buku ini kata editor dalam “preface”
 hubungan kolonial, tetapi juga, dan   in the Malay world”. II. Translator’s note.   Swept by the Windstorm: Malays in   mereka adalah “ a part of an emerging genre
 lebih penting, semakin peka terhadap   III. Translation. IV. Footnotes. (Pada   Dissent (Maznah Mohamad); Chapter   of both scholarly and popular literature that
 tarikan kosmopolitanisme kultural   tanggal 23 Desember 1865 penanggalan   3: Malay Racialism and Sufi Alternative   seeks to examine the ebb and flow of Malay
 Islam—suatu kecenderungan yang   Islam disesuaikan dengan penanggalan   (Ahmad Fauzi Abdul Hamid); Chapter   identity and the meaning attached to it”.
 di dalam “gelombang kedua” telah   Barat). Keterangan tahun kejadian,   4: Malays and Orang Asli : Contesting   Buku Peter Riddel, ‘Islam And Malay-
 diperlakukan sebagai sesuatu yang   daerah, nama-nama yang disebut dalam   Indigeneity (Rusalina Idrus); Chapter 5:   Indonesian World’, dinamika pemikiran
 lumrah dan biasa saja. Afinitas   naskah. Dalam “catatan kaki” ini para   Gender, Islam and the “Malay Nation” in   awal dari kaum Muslimin di Asia
 antarkeharusan berlanjutnya proses   editor tidak sekadar menjelaskan maksud   Fatimah Busu’s Salam Maria (Wong Soak   Tenggara diuraikan dalam
 ortodoksi dengan kepekaan terhadap   dari teks tetapi juga membandingkan atau   Koon)
 situasi pemikiran dan politik dunia   menjelaskan berdasarkan naskah-naskah   ‘Singapore’: Malays as Minorities and the   Part I : Scriptural and Intellectual
 Islam lain terjalin dengan erat. Afinitas   lain serta keterangan dari para ilmuwan   Politics of Identities; Chapter 6: Malay   Foundations yang terdiri atas 7 (tujuh)
 ini sekaligus juga merupakan jawaban   yang telah menyelidiki sastra dan sejarah   Identity in Postcolonial Singapore (Syed   bab, yaitu (1) Introduction—tentang
 terhadap masalah kolonialisme dan   “dunia Melayu”. Dengan kata lain jika   Muhd Khaurudin Aljunied); Chapter 7:   metodologi, tema dan penulis yang
 keterbelakangan umat. Dengan begini   ingin memahami benar isi Tuhfat an Nafis   Tudung Girls: Unveiling Muslim Women   dipilih, terminologi dan The Muslim



 82  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   83
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100