Page 120 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 120

Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia                                                                        Jaringan Keilmuan Ulama dan Perkembangan Islam di Nusantara







        TERBENTUKNYA PESANTREN, SANTRI, DAN TAREKAT
        (ABDUR RAUF SINGKEL, SYAIKH ULAKAN, ABDUL MUHYI),
        SATARIYAH



          Ulama memiliki pengaruh penting dalam kehidupan      (1646—1677), menggantikan Sultan Agung (1613—                     sosial-keagamaan yang berbeda: ulama–penghulu        Melalui pesantren dan tarekat yang didirikan, para
          keagamaan  masyarakat  Nusantara.  Sistem  sosial-   1646),  para  ulama  yang  berbasis  di  pantai  utara            yang  berada  di  lingkungan  kraton  dan  menjadi   ulama  kemudian  menjadi  satu  kekuatan  sosial-
          politik dan budaya Nusantara yang berpusat pada      Jawa harus menghadapi sikap politik Amangkurat                    bagian dari elit priyayi Jawa, dan ulama pesantren   politik  tersendiri  yang  bebas  dari  kontrol  politik
          raja, semakin memperkuat keberadaan dan otoritas     I yang berakhir pada peristiwa pembunuhan para                    yang  berbasis  di  pesantren-pesantren  yang        pihak kerajaan. Peran dan kedudukan ulama pada
          ulama  di  tengah  masyarakat.  Ulama  bukan  saja   ulama  pesisir  Jawa  yang  berjumlah  sekitar  lima              tersebar di wilayah pedalaman Jawa.                  abad  ke-17  dan  juga  awal  abad  ke-18,  dimana
          bertindak  sebagai  penerjemah  nilai  Islam  dalam   sampai  enam  ribu,  termasuk  keluarga  dan  anak-                                                                   mereka  berada  di  bawah  patronase  kerajaan,
          masyarakat,  namun  muncul  sebagai  elit.  Namun    anak mereka.                                                      Kondisi  itu  berdampak  pada  posisi  ulama  dalam   telah  berakhir.  Ulama  pada  abad  ke-19  telah
          demikian, sistem politik dan budaya yang berpusat                                                                      perkembangan politik di kerajaan. Ulama menjadi      memiliki bentuk lembaga dan selanjutnya orientasi
          pada  raja,  pada  saat  yang  sama  menjadikan      Kondisi  tersebut  mengakhiri  kekuasaan  politik                 lebih  berkonsentrasi  pada  proses  pembentukan     kegiatan yang sedemikian mapan yang berbasis di
          keberadaan ulama sangat rentan terhadap berbagai     ulama  di  pantai  utara  Jawa,  dan  sekaligus                   umat  yang  berbasis  di  pesantren-pesantren  dan   pesantren-pesantren.
          perubahan sosial-politik di sebuah kerajaan. Hal ini   melahirkan hubungan yang tidak harmoinis antara                 juga  tarekat-tarekat,  khususnya  di  Jawa.  Namun,
          bias dilihat dari pengalaman politik ulama di Jawa   ulama  dengan  pihak  kerajaan.  Hal  ini  semakin                tidak  hanya  Jawa  dengan  pesantrennya,  muncul
          yang  membuktikan  rentannya  hubungan  ulama-       diperkuat ketika raja mengangkat sebagian ulama                   pula Surau dan Dayah di Sumatra.
          raja, dengan contoh kasus Amangkurat I naik tahta    pada  posisi  formal  sebagai  penghulu  kerajaan,
                                                               yang melahirkan dua corak ulama dengan orientasi























































                                                         110                                                                                                                        111
   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125