Page 123 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 123
Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jaringan Keilmuan Ulama dan Perkembangan Islam di Nusantara
Kapan dan bagaimana pendidikan pesantren dibangun, Survei pemerintah Kolonial Belanda pada 1819
hingga saat ini, kita tidak bisa mengetahui secara pasti. menunjukkan pesantren Tegal Sari sebagai pesantren
Pada awalnya muncul kecenderungan memandang tertua yang didirikan pada tahun 1742
pesantren sebagai tradisi Indonesia pra-Islam, mandala
yang biasa digunakan untuk pertapaan. Serat Centhini yang ditulis oleh Adipati Anom
Mangkunegaran III pada 1814—1823 menginformasikan
Ada juga yang melihat pesantren terkait erat dengan adanya Pesantren Gunung Karang Banten yang
desa perdikan—desa yang diberi keistimewaan karena digambarkan sebagai tempat belajar agama Islam
memang dirancang untuk tugas-tugas keagamaan. yang sangat terkenal di Jawa.
Embrio kelahiran pesantren sudah ada sejak masa- Pesantren bermula dari inisiatif independen kiai
awal pengislaman. Misalnya pesantren Quro di atau ulama. Di atas sebidang tanah, seorang ulama
Karawang yang didirikan Syekh Quro yang bernama membangun pesantren yang terdiri dari sebuah masjid,
asli Syekh Hasanuddin dan pesantren Ampel Denta asrama untuk para santri, dan sebuah rumah untuk
yang dipimpin oleh Sunan Ampel dan sering dijadikan ulama atau kiyai. Materi yang diajarkan menyangkut Adipati Anom, Mangkuengara III
tempat berkumpul dan musyawarah parawali baik ilmu-ilmu keislaman maupun praktik keagamaan. Sumber Tropen Museum
(walisanga), keduanya pada abad ke-15. Ketika jumlah santri makin bertambah besar, pesantren
kemudian berkembang menjadi sebuah komunitas
Tetapi, pesantren yang melahirkan santri keagamaan, dengan pola kehidupan tertentu dimana
dalam jumlah massal dan membentuk pembelajaran dan sekaligus praktik-praktik keagamaan
jaringan kekerabatan ulama baru menjadi konsentrasi utama
berkembang pada abad ke-19.
Naskah Serat Centini. Sumber
Perpustakaan Nasional
112 113

