Page 131 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 131

Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia  Jaringan Keilmuan Ulama dan Perkembangan Islam di Nusantara











 Dayah, seperti halnya surau dan pesantren,   Pesantren juga menggerakkan perlawa-  komunitas pelajar muslim tradisional yang
 berpusat di daerah-daerah terpencil. Dayah Tanoh   nan  kepada kolonial  Belanda  yakni  kiai   disebut kaum santriyang telah menjadi ikon
 Abay, misalnya, dibangun dekat Gunung Seulawah,   dan kaum santri mengambil peranan  his-  Islam Indonesia baik sebagai  khazanah
 sekitar  50  km  dari  Banda Aceh.  Hal  yang  sama   torisnya  yang penting.  Dengan  demikian,   kultural, peran-peran sosial politik budaya
 terjadi dengan  Dayah  Tiro. Ia dibangun  di Pidie   pembahasan  abad  ke-19  menjadi  penting   muslim maupun proses pengislaman.
 di Kampung  Tiro, oleh seorang ulama bernama   sebagai latar historis berbagai perkemban-
 Syekh  Faqih  Abdul  Wahab  al-Haitami,  yang   gan Islam Indonesia, termasuk terbentukn-  Santri  sebagai  ‘pelajar  Islam’  ada  di  neg-
 kemudian lebih dikenal dengan nama  Teungku   ya komunitas kaum santri dan terciptanya   ara-negara muslim di seluruh dunia, tapi
 Chik di Tiro. Dayah memberi ulama kesempatan   kekerabatan ulama.   santri sebagai pelajar di  lembaga pendi-
 yang luas untuk menghadirkan  rumusan  Islam                  dikan Islam tradisional yang unik adalah
 yang mendalam kepada para penduduk kampung.   Indonesia adalah sebuah mozaik kebu-  khas Indonesia. Santri Indonesia tak terp-
 Ulama  dayah  dayaan yang terbentuk dari berbagai komu-       isahkan dari pesantren yang dipimpin para
 di percaya   me-  nitas kesukuan dan agama, salah satunya     kiai atau ulama. Kiai dan santri tidak bisa
 miliki  kekuatan  Islam. Diantara khazanah kebudayaan Is-     dipisahkan sebagai subsistem
 spiritual   “untuk   lam yang khas Indonesia adalah eksistensi
 mendatangkan
 ber kah   atau
 ku tukan   dan
 memiliki  ke-
 kuatan untuk me-
 nyebabkan  sakit
 atau  memberi
 kesembuhan.






















 Faqih Abdul Wahab al-Haitami, yang
 kemudian lebih dikenal dengannama
 Teungku Chik di Tiro.
 Sumber: Perpustakaan Nasional
 Republik Indonesia








 120                                                         121
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136