Page 130 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 130

Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia                                                                        Jaringan Keilmuan Ulama dan Perkembangan Islam di Nusantara











                            Dayah, seperti halnya surau dan pesantren,                                                               Pesantren juga menggerakkan perlawa-             komunitas pelajar muslim tradisional yang
                            berpusat di daerah-daerah terpencil. Dayah Tanoh                                                         nan  kepada kolonial  Belanda  yakni  kiai       disebut kaum santriyang telah menjadi ikon
                            Abay, misalnya, dibangun dekat Gunung Seulawah,                                                          dan kaum santri mengambil peranan  his-          Islam Indonesia baik sebagai  khazanah
                            sekitar  50  km  dari  Banda Aceh.  Hal  yang  sama                                                      torisnya  yang penting.  Dengan  demikian,       kultural, peran-peran sosial politik budaya
                            terjadi dengan  Dayah  Tiro. Ia dibangun  di Pidie                                                       pembahasan  abad  ke-19  menjadi  penting        muslim maupun proses pengislaman.
                            di Kampung  Tiro, oleh seorang ulama bernama                                                             sebagai latar historis berbagai perkemban-
                            Syekh  Faqih  Abdul  Wahab  al-Haitami,  yang                                                            gan Islam Indonesia, termasuk terbentukn-        Santri  sebagai  ‘pelajar  Islam’  ada  di  neg-
                            kemudian lebih dikenal dengan nama  Teungku                                                              ya komunitas kaum santri dan terciptanya         ara-negara muslim di seluruh dunia, tapi
                            Chik di Tiro. Dayah memberi ulama kesempatan                                                             kekerabatan ulama.                               santri sebagai pelajar di  lembaga pendi-
                            yang luas untuk menghadirkan  rumusan  Islam                                                                                                              dikan Islam tradisional yang unik adalah
                            yang mendalam kepada para penduduk kampung.                                                              Indonesia adalah sebuah mozaik kebu-             khas Indonesia. Santri Indonesia tak terp-
                            Ulama       dayah                                                                                        dayaan yang terbentuk dari berbagai komu-        isahkan dari pesantren yang dipimpin para
                            di percaya    me-                                                                                        nitas kesukuan dan agama, salah satunya          kiai atau ulama. Kiai dan santri tidak bisa
                            miliki   kekuatan                                                                                        Islam. Diantara khazanah kebudayaan Is-          dipisahkan sebagai subsistem
                            spiritual   “untuk                                                                                       lam yang khas Indonesia adalah eksistensi
                            mendatangkan
                            ber kah       atau
                            ku tukan      dan
                            memiliki       ke-
                            kuatan untuk me-
                            nyebabkan  sakit
                            atau     memberi
                            kesembuhan.






















                                                   Faqih Abdul Wahab al-Haitami, yang
                                                    kemudian lebih dikenal dengannama
                                                               Teungku Chik di Tiro.
                                                       Sumber: Perpustakaan Nasional
                                                                  Republik Indonesia








                                                         120                                                                                                                        121
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135