Page 50 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 50
Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Teori Kedatangan Islam dan Pengislaman Nusantara
SULA WESI
Tradisi lisan yang dihimpun Abubakar menjelaskan bagaimana proses konversi yang
terjadi di wilayah Buton. Dalam cerita tersebut ada pendatang asing yang melakukan
ritual yang dianggap “aneh”. Hal tersebut dilaporkan kepada Raja Buton, tetapi Raja
Buton justru memerintahkan agar mereka dibawa ke istana. Setelah itu, Raja secara
langsung menyatakan keinginannya untuk mengikuti ajaran dari pendatang itu. Sejak
itulah konversi berlangsung di wilayah tersebut.
Riwayat tersebut dituturkan oleh Laode Mizan, Lakina Agama di Muna pada 1928 dalam Cauvreur,
Ethnografisch Overzicth van Moena, 1935.
alah satu mitos yang begitu melekat pada ingatan pengislaman di wilayah tersebut dimulai ketika ada
masyarakat terkait proses pengislaman adalah seorang ulama dari Minangkabau, Sumatra Barat, yang
Smitos tentang migrasi sekelompok orang yang bernama Abdul Makmur Khatib Tunggal, yang tiba di
datang dari Johor. Kelompok pendatang ini dipimpin oleh Pelabuhan Tallo dalam tahun 1605 dengan menumpang
empat orang (Mia Patamiana) yang kala itu membuka sebuah perahu yang ajaib.
lahan untuk permukiman dengan cara menebangi kayu-
kayu yang kemudian disebut sebagai welia (Wolio). Mitos Setibanya di pantai ia terus melakukan salat sehingga
Wolio inilah yang dikemudian hari dipercaya masyarakat mengherankan rakyat. Ia menyatakan keinginannya
sebagai sebuah bagian dari proses pengislaman untuk menghadap raja. Raja Tallo yang mendengar berita
masyarakat Buton. kedatangan orang ajaib itu bergegas pergi ke pantai.
Di tengah perjalanan ke pantai itu, di pintu gerbang
Dalam cerita lisan yang berkembang di masyarakat halaman Istana Tallo, baginda bertemu dengan seorang
Makassar, Dato’ ri Bandang juga dipandang sebagai tokoh tua yang menanyakan tujuan perjalanan baginda. Orang
utama yang melakukan pengislaman atas Raja Gowa dan tua itu menulis sesuatu di atas kuku ibu jari Raja Tallo
Tallo. Seperti dicatat oleh Noorduyn (1964), ada sebuah dan mengirimkan salam kepada orang ajaib yang ada di
cerita rakyat Makassar yang mengisahkan bahwa pantai (Khatib Tunggal).
40 41