Page 51 - Atlas Sejarah Kebudayaan Islam
P. 51

Atlas Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia  Teori Kedatangan Islam dan Pengislaman Nusantara






 SULA WESI









 Tradisi lisan yang dihimpun Abubakar menjelaskan bagaimana proses konversi yang
 terjadi di wilayah Buton. Dalam cerita tersebut ada pendatang asing yang melakukan

 ritual yang dianggap “aneh”. Hal tersebut dilaporkan kepada Raja Buton, tetapi Raja
 Buton justru memerintahkan agar mereka dibawa ke istana. Setelah itu, Raja secara
 langsung menyatakan keinginannya untuk mengikuti ajaran dari pendatang itu. Sejak

 itulah konversi berlangsung di wilayah tersebut.


 Riwayat tersebut dituturkan oleh Laode Mizan, Lakina Agama di Muna pada 1928 dalam Cauvreur,
 Ethnografisch Overzicth van Moena, 1935.

















 alah satu mitos yang begitu melekat pada ingatan  pengislaman  di  wilayah  tersebut  dimulai  ketika  ada
 masyarakat terkait proses pengislaman adalah  seorang ulama dari Minangkabau, Sumatra Barat, yang
 Smitos tentang migrasi sekelompok orang yang  bernama  Abdul Makmur  Khatib  Tunggal,  yang tiba di
 datang dari Johor. Kelompok pendatang ini dipimpin oleh  Pelabuhan Tallo dalam tahun 1605 dengan menumpang
 empat orang (Mia Patamiana) yang kala itu membuka  sebuah perahu yang ajaib.
 lahan untuk permukiman dengan cara menebangi kayu-
 kayu yang kemudian disebut sebagai welia (Wolio). Mitos  Setibanya di pantai ia terus melakukan  salat sehingga
 Wolio inilah yang dikemudian hari dipercaya masyarakat  mengherankan  rakyat. Ia menyatakan  keinginannya
 sebagai sebuah bagian dari proses pengislaman  untuk menghadap raja. Raja Tallo yang mendengar berita
 masyarakat Buton.  kedatangan  orang ajaib itu bergegas pergi ke pantai.
 Di  tengah perjalanan ke pantai itu, di pintu gerbang
 Dalam cerita  lisan  yang  berkembang  di masyarakat  halaman Istana Tallo, baginda bertemu dengan seorang
 Makassar, Dato’ ri Bandang juga dipandang sebagai tokoh  tua yang menanyakan tujuan perjalanan baginda. Orang
 utama yang melakukan pengislaman atas Raja Gowa dan  tua itu menulis sesuatu di atas kuku ibu jari Raja Tallo
 Tallo. Seperti dicatat oleh Noorduyn (1964), ada sebuah  dan mengirimkan salam kepada orang ajaib yang ada di
 cerita rakyat Makassar yang mengisahkan bahwa  pantai (Khatib Tunggal).










 40                                                           41
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56