Page 28 - RPP ELEKTRONIK KELAS X
P. 28
membutuhkan pertolongannya, jika tidak dilayani maka penyakit mereka
akan semakin parah bahkan bisa berakhir dengan kematian. Pak Arif
hanya memiliki dua kemungkinan untuk mendapatkan SIM baru, yaitu
mengikuti prosedur umum dan ujian seperti aturan yang berlaku, namun
beliau tidak memiliki waktu untuk itu; atau kemungkinan kedua yaitu
mendapatkan SIM dengan membayar 4 kali lipat melalui penyedia jasa
tanpa harus ikut ujian.” (https://youtu.be/NGge1VqUxPY )
b. Peserta didik bekerja kelompok dan individual (kolaborasi,
komunikasi) untuk membahas pertanyaan problematik tentang kasus
dalam skenario hipotetis dan mencari jawabannya berdasarkan
pengetahuan yang telah mereka peroleh dalam kegiatan literasi norma
pada pertemuan sebelumnya.
Contoh pertanyaan yang harus mereka jawab, misalnya:
1). Persoalan moral apakah yang sedang dihadapi oleh pak Arif?
Jelaskan!
2). Mengapa kasus ini bisa menimpa pak Arif?
3). Apa pokok persoalan yang menjadi titik masalah dalam kasus
dilema moral yang berjudul SIM Kedaluarsa?
4). Jika, misalnya, pak Arif memilih membuat SIM dengan
membayar 4 kali lipat melalui calo, apakah itu bisa diterima secara
moral?Mengapa?
5). Seandainya kalian adalah pak Arif, apa yang akan kalian lakukan
agar memperoleh SIM? Jelaskan alasan dan pertimbangan moral
kalian!
c. Peserta didik mulai bekerja dalam kelompok (kolaborasi) ,
mengumpukan informasi, data, dalil, teori-teori (mengumpulkan data)
untuk menginterpretasi persoalan yang dihadapi.
d. Peserta didik dalam kelompoknya kemudian melakukan interpretasi
data, menganalisis informasi yang diperoleh. (menalar, mengasosiasi,
berkolaborasi, , PPK: kerja keras, toleransi, aktif, sungguh-sungguh).
e. Guru berkeliling mengecek proses diskusi dan keaktifan peserta didik
sambil memfasilitasi kelompok diskusi yang mengajukan pertanyaan
dan sekaligus menilai kinerja peserta didik.
f. Peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya dalam berbagai bentuk
karya. Semua kelompok aktif memperhatikan, memberi masukan,
pertanyaan, sanggahan, atau kritikan.