Page 15 - BKSN 2021 (1)
P. 15
deritaan dan kesedihan ini.
II
Yesus sebagai Sahabat yang Senantiasa Hadir
Kekristenan adalah agama dan jalan hidup yang berdasar dan
berfokus pada seorang pribadi, yaitu Yesus Kristus. Jika diibaratkan ba-
ngunan, Yesus adalah fondasi utama atau, lebih spesifik, batu penjuru
bagi sebuah rumah yang bernama kekristenan. Teladan dan ajaran Yesus
bagaikan sebuah kompas yang menunjukkan bagaimana orang Kristen
harus hidup, bergerak, dan berada. Cara berpikir, bertutur kata, dan ber-
tingkah laku orang Kristen harus selaras dengan Yesus Kristus sendiri.
Idealnya, sikap dan hidup orang Kristen seharusnya mencerminkan figur
Yesus sendiri.
Setiap orang Kristen dari zaman ke zaman memiliki cara pan-
dang yang berbeda berkenaan dengan figur Yesus ini. Meskipun doktrin
Gereja sedikit banyak telah mengarahkan kita pada gambaran tertentu
tentang Yesus, pengalaman hidup sehari-hari juga sangat memengaruhi
bagaimana kita mengenal dan memahami Yesus. Dalam Perjanjian Baru,
tercatat sejumlah gelar yang disematkan kepada Yesus. Dia adalah Tuhan,
Mesias, Raja Semesta Alam, Anak Allah, Anak Manusia, Gembala yang
Baik, Juru Selamat, Imanuel, dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak
gelar tersebut, ada satu gelar yang menjadi fokus dalam permenungan
kita selama Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) ini, yaitu Yesus sebagai
sahabat kita. Lantas, bagaimana kita memahaminya?
Sahabat adalah orang yang memiliki relasi yang begitu dekat
dengan seseorang lebih daripada sekadar teman atau kenalan. Relasi
antarsahabat biasanya didasarkan pada kasih dan saling perhatian satu
sama lain. Sahabat sejati akan selalu menaruh simpati dan bertindak
demi kepentingan serta kebaikan orang yang dikasihinya. Ia akan mudah
tergerak dengan apa yang terjadi pada sahabatnya. Ia pun akan bergembi-
ra atas kesuksesan sahabatnya. Sebaliknya, ia akan turut merasa frustrasi
dan kecewa ketika sahabatnya mengalami kegagalan. Perasaan dan reaksi
tersebut persis dengan apa yang pernah dikatakan oleh Santo Paulus,
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah de-
ngan orang yang menangis!” (Rm. 12:15), atau seperti yang dikatakan oleh
Henri Nouwen, “Saat kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri
siapa yang sangat berarti dalam hidup kita, kita akan menemukan bahwa
Pendahuluan 13