Page 455 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 455

Malik Fadjar bersama                                                                                        Peluncuran Program
 rektor-rektor IAIN                                                                                          Pengembangan
 se-Indonesia. Ketika                                                                                        Sekolah dalam
 menjabat Menteri                                                                                            Rangka Penuntasan
 Agama, Malik Fadjar                                                                                         Wajib belajar 9
 mengeluarkan                                                                                                Tahun di Bali dan
 kebijakan tentang                                                                                           NTB 28 Juli 2003
 pengalihan IAIN                                                                                             (Sumber: Buku
 menjadi Universitas                                                                                         Darah Guru Darah
 Islam Negeri (UIN)                                                                                          Muhammadiyah)
 dan Fakultas Cabang
 menjadi Sekolah
 Tinggi Agama Islam
 Negeri (STAIN)
 berdasar Keputusan
 Presiden No. 11
 Tahun 1997
 (Sumber: Buku
 Darah Guru Darah
 Muhammadiyah)












 Sebagai seorang yang berlatar belakang guru, pemikiran A. Malik Fadjar dalam pendidikan menarik   sekolah-sekolah  lain  sehingga  diharapkan  memiliki  “daya  jual”  tersendiri  di  tengah  persaingan
 untuk dikaji. Ia pernah mengurus masalah pendidikan pada dua lembaga berbeda, yaitu sebagai Menteri   pendidikan yang mengglobal. 7
 Agama pada tahun 1998-1999 pada masa Presiden B. J. Habibie dan Mendiknas pada tahun 2001-2004
 5
 pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.    MBS merupakan realisasi desentralisasi pendidikan. Sedikitnya ada empat bentuk yang perlu
               diidentifikasi,  meliputi  (1)  dekonsentrasi, yaitu pelimpahan sebagian kewenangan atau tanggung
 Ketika menjabat Menteri Agama, Malik Fadjar mengeluarkan kebijakan tentang pengalihan IAIN menjadi   jawab administratif ke tingkat yang lebih rendah; (2) delegasi, yaitu pelimpahan atau pemindahan
 Universitas Islam Negeri (UIN) dan Fakultas Cabang menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri   tanggung jawab manajerial dan fungsional ke organisasi di luar struktur birokrasi; (3)  devolusi,
 (STAIN) berdasar Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997. Selain itu Malik Fadjar berusaha membenahi   yaitu penguatan dan penciptaan unit pemerintah di daerah; dan (4) privatisasi atau swastanisasi,
 manajemen haji, di antaranya dalam hal kurang transparansinya dana haji, kuota haji, kelompok terbang   yaitu pemberian wewenang secara penuh kepada swasta untuk merencanakan, menjalankan, dan
 (kloter), visa, jama’ah paspor hijau, kursi (seat) kosong, dan komersialisasi jamaa’ah Ongkos Naik Haji   mengevaluasi seluruh sistem yang dikontruksi. MBS ditawarkan sebagai salah satu alternatif jawaban
 (ONH) plus. Ia memulai upaya itu dengan penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) Haji. Malik   pemberian otonomi daerah di bidang pendidikan mengingat prinsip dan kecenderungan yang masih
 Fadjar menanggapi positif RUU Haji yang disampaikan pada Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Februari   mengembalikan pengelolaan manajemen sekolah kepada pihak-pihak yang dianggap paling mengetahui
 1999. Akhirnya Undang-undang (UU) No. 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan   kebutuhan sekolah. 8
 Umrah ditandatangani/disahkan oleh Presiden B.J. Habibie pada tanggal 3 Mei 1999.
               Sebagai orang yang pernah terlibat di Departemen Agama dan memahami tentang lembaga pendidikan
               agama, Malik Fadjar memahami betul bagaimana mutu madrasah-madrasah yang dikelola Departemen
 KEBIJAKAN PENDIDIKAN  Agama dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang berada di Departemen Pendidikan Nasional.

 Malik Fadjar dipercaya menjadi Mendiknas dalam Kabinet Gotong Royong pada masa pemerintahan   Kesenjangan antara madrasah swasta dan madrasah negeri pun tampaknya juga menjadi masalah yang
 Presiden Megawati Soekarno  Putri tahun 2001-2004.  Ia  berpendapat bahwa  pendidikan nasional   belum tuntas diselesaikan. Kesenjangan tersebut meliputi beberapa hal, seperti pandangan guru, sarana
 harus mempunyai visi dan misi. Visi dan misi itu bertumpu pada kenyataan kehidupan berbangsa di   dan prasarana, dan kualitas input siswa yang kesemuanya berpengaruh baik langsung maupun tidak
 Indonesia, artinya semua aspek harus menjadi pertimbangan dalam merancang visi pendidikan nasional.   langsung pada mutu pendidikan. Oleh sebab itu dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama Menteri
 Visi pendidikan hanya akan mampu menjawab tantangan apabila mempertimbangkan segala hal yang   Pendidikan Nasional dan Menteri Agama yang berkaitan dengan penyediaan guru, buku-buku, dan
                                                  9
 berkaitan dengan khazanah dan warisan budaya bangsa.  Malik Fadjar melakukan berbagai kebijakan   peralatan lain dari departemen terkait.
 6
 yang berkaitan dengan peningkatan mutu, tata kelola, dan akses pendidikan bagi masyarakat. Kebijakan-  Pada saat Malik Fadjar menjabat Mendiknas isu reformasi masih begitu kuat. Reformasi pun
 kebijakan tersebut meliputi  tingkat pendidikan usia  dini (PAUD), pendidikan  dasar, pendidikan   dilakukan dalam bidang pendidikan. Salah satu hasil reformasi pendidikan adalah lahirnya UU No. 20
 menengah, dan perguruan tinggi.
               Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). UU tersebut dinilai sangat reformatif

 Dalam  hal  tata  kelola  sekolah  untuk  meningkatkan  mutu,  Malik  Fadjar  mengeluarkan  kebijakan   karena memuat berbagai aturan sebagai tanggapan atas tuntutan keterbukaan. Gerakan reformasi
 tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat   mengubah  banyak  tatanan.  Dalam  kurun  1999-2002,  Undang-undang  Dasar  (UUD)  1945  empat
 terutama pada jenjang pendidikan dasar dan berkelanjutan. Manajemen berbasis sekolah menekankan   kali diamandemen. Konsekuensi dari amandemen itu adalah banyaknya perubahan dalam berbagai
 arah terciptanya kondisi yang desentralis baik pada tatanan birokrasi maupun pengelolaan sekolah.   tatanan kenegaraan dan pemerintahan, termasuk bidang pendidikan. Ada dua amandemen terkait
 Melalui manajemen ini masyarakat sekolah memiliki kemandirian dalam merencanakan, mengelola,   bidang pendidikan. Pertama, pada amandemen kedua (2000) dimasukkan Bab X A tentang Hak
 dan mengatur rumah tangga sekolah masing-masing, termasuk bagaimana dan kepada siapa peserta   Asasi Manusia, khususnya pasal 28 C ayat 1, yang isinya antara lain tentang pendidikan sebagai hak
 didiknya “dijual”. Otonomi sekolah menyarankan adanya kemandirian yang unggul dibanding dengan   asasi manusia. Kedua, pada amandemen keempat (2002), dimasukkan Bab XIII tentang Kebudayaan




 442  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  443
   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459   460