Page 460 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 460
1. Pendirian dan penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam didorong oleh hasrat kehidupan yang baik, serta pendidikan yang menganggap manusia sebagai suatu pribadi jasmani-rohani,
mengejewantahkan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam nama lembaga pendidikan dan intelektual, perasaan, dan individu-sosial. 36
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Dalam pengertian ini Islam dilihat sebagai sumber
nilai yang harus diwujudkan dalam kehidupan lembaga pendidikan bersangkutan. Terbinanya kepribadian Muslim, menurut Malik Fadjar, tampak pada diri K.H. Ahmad Dahlan (1868-
2. Lembaga pendidikan Islam adalah lembaga yang memberikan perhatian dan yang 1923) yang mencita-citakan pendidikan yang memberi kedamaian dan diselenggarakan dengan (1)
menyelenggarakan kajian tentang Islam yang tercermin dalam program kajian sebagai ilmu baik budi dalam agama, (2) luas pandangan, dan (3) bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat.
dan diperlakukan sebagai ilmu-ilmu lain yang menjadi program kajian lembaga pendidikan Dengan perkataan lain bahwa perwujudan pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan mengacu pada tiga
Islam bersangkutan. matra yang saling terkait, yaitu (1) tauhid yang akan mendudukkan harkat manusia sebagai insãn ahsani
3. Pendidikan Islam mengandung dua pengertian di atas dalam arti lembaga tersebut taqwim, punya daya tahan terhadap segala ujian hidup, dan siap memihak kepada kebenaran; (2) jiwa
memperlakukan Islam sebagai sumber nilai bagi sikap dan tingkah laku yang harus tercermin dan pandangan hidup Islam yang akan membawa cita rahmatan lil ãlamin; dan (3) kemajuan yang akan
37
dalam penyelenggaraannya ataupun sebagai bidang kajian yang tercermin dalam program menempatkan manusia hidup.
kajiannya. Oleh karena itu proses pembentukan manusia seutuhnya (insan kamil) akan terwujud melalui
Pendidikan Islam mempunyai peran strategis sebagai sarana human resources dan human investment. pendidikan yang berorientasi pada pengembangan sains, teknologi, dan penanaman nilai-nilai
Hal ini berarti selain bertujuan menumbuhkembangkan kehidupan yang lebih baik, pendidikan juga ikut kemanusiaan (fitrah) untuk membebaskan manusia dari belenggu kehidupan serta mendapatkan
mewarnai dan menjadi landasan moral dan etik sebagai perekat nilai kemanusiaan dalam pemberdayaan pemahaman hakiki tentang fenomena atau misteri di balik kehidupan nyata, guna memperoleh
jati diri bangsa. 31 kebahagiaan yang abadi di sisi Allah.
Faktor utama kelemahan umat Islam dalam menyelenggarakan pendidikan Islam, menurut Itulah pendidikan yang bermakna secara horizontal sekaligus vertikal, yang akan menghasilkan
Malik Fadjar, terletak pada dataran epistemologis, yaitu bagaimana mencairkan nilai-nilai Islam manusia berkualitas iman kepada Allah, komitmen dengan ilmu pengetahuan, serta senantiasa beramal
38
sebagai setting social cultural yang berkembang. Dengan kata lain umat Islam masih menghadapi saleh. Salah satu cara mendidik dalam Islam dikenal dengan pendekatan among. Ada dua hal yang
keterbatasan SDM, yaitu manusia yang memiliki etos, pengetahuan, dan keterampilan memadai. mendasari adanya pendekatan tersebut, yakni (1) kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan
Paling tidak ada dua cara untuk mewujudkan sistem nilai Islam pada bidang pendidikan sebagai dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin, hingga dapat hidup merdeka serta (2) kodrat alam sebagai
sebuah sistem pendidikan yang dapat diandalkan, yakni (1) meningkatkan kualitas berpikir dengan syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan sebaik-baiknya. 39
cara meningkatkan kecerdasan dan (2) memperluas wawasan dan meningkatkan kualitas kerja
melalui peningkatan etos kerja. 32
Malik Fadjar menyimpulkan permasalahan pendidikan Islam di Indonesia, di antaranya (1) lemahnya
wawasan kekinian dan masa depan sehingga kemampuan memberi respon kepada tantangan dan
tuntutan sangat miskin serta (2) kebanyakan masih terbatas pada mempertahankan yang baik dari
masa silam dan belum membuka diri untuk mengambil yang baru dan yang lebih baik dari masa kini,
33
sehingga dari hal tersebut menimbulkan pemikiran konservatif terhadap hal-hal yang lebih baik pada
era modernisasi dan globalisasi. 34
Reorientasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yakni (1) pendidikan
integralistik, yaitu model pendidikan yang berorientasi pada komponen kehidupan yang meliputi
unsur ketuhanan, kemanusiaan, dan kealaman; (2) pendidikan humanistik, yaitu model pendidikan
yang memandang manusia sebagai manusia sehingga akan menciptakan pribadi yang menghargai hak-
hak manusia; (3) pendidikan pragmatik, yaitu model pendidikan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang selalu membutuhkan sesuatu, mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, sadar
pada kebutuhan hidupnya, dan peka terhadap masalah sosial kemanusiaan; serta (5) pendidikan yang
berakar pada budaya, tidak meninggalkan akar-akar sejarah, sehingga membentuk manusia yang
memiliki kepribadian, harga diri, dan percaya diri. 35
Saat ini lembaga pendidikan Islam harus merancang model-model pendidikan alternatif sesuai
dengan kebutuhan perkembangan zaman. Muncul pertanyaan “model-model pendidikan Islam yang
bagaimana?” yang diharapkan dapat menghadapi dan menjawab tantangan perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat baik sosial maupun kultural menuju masyarakat Indonesia baru. Pendidikan
Islam merupakan pendidikan yang idealistik, yakni pendidikan yang integralistik, humanistik, pragmatik,
dan berakar kuat pada budaya. Pendidikan integralistik mengandung komponen-komponen kehidupan
yang meliputi Tuhan, manusia, dan alam pada umumnya sebagai suatu yang integral bagi terwujudnya
448 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 449

