Page 483 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 483

Menteri Pendidikan                                                                                          Muhammad Nuh
 dan Kebudayaan                                                                                              berfoto bersama
 Nasional Muhammad                                                                                           kedua orang tuanya
 Nuh                                                                                                         setelah diwisuda.
 (Sumber: Biro                                                                                               (Sumber: Biro
 Komunikasi dan                                                                                              Komunikasi dan
 Layanan Masyarakat,                                                                                         Layanan Masyarakat,
 Sekretariat Jenderal,                                                                                       Sekretariat Jenderal,
 Kementerian                                                                                                 Kementerian
 Pendidikan dan                                                                                              Pendidikan dan
 Kebudayaan)                                                                                                 Kebudayaan)























               seketika’, dan tidak sabar (yang disebutnya “we want it now generation”). Oleh karena itu rancangan
               pendidikan  haruslah mempertimbangkan dua  hal yang mendasar, yaitu (1) pemahaman tentang
               karakteristik dasar peserta didik dan (2) kemampuan membaca future trends ‘kecenderungan masa
               depan’ dan kompetensi yang dibutuhkannya. Hal itu harus dilakukan agar tidak terjadi disconnected antara
               karakteristik dasar peserta didik, sistem pembelajaran, dan kebutuhan kompetensi, disconnected antara
               input, proses, dan output.

               Nuh menyatakan bahwa pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Karakter seseorang
               yang sudah terbentuk sejak usia dini tidak akan mudah berubah. Ia juga menganggap bahwa pendidikan
               karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Pemerintah, melalui Kementrian Pendidikan Nasional
               (Kemendiknas), sejak tanggal 2 Mei 2010 menggulirkan sebuah “terobosan baru” menyangkut
               keharusan dalam mengembangkan pendidikan berbasis karakter. Pendidikan karakter yang dimaksud
               adalah sekurang-kurangnya merujuk adanya keseimbangan antara moral knowing ‘pengetahuan tentang
               moral’,  moral  feeling  ‘perasaan  tentang  moral’,  dan  moral  action ‘perbuatan moral’. Generasi muda
               Indonesia harus mampu berpikir kreatif, sebab masyarakat dunia yang akan datang dikerumuni dan
               disaingi oleh orang-orang yang kreatif. Jika tidak mampu berpikir kreatif, maka kita akan menjadi aneh
               dan terasing dalam persaingan global. Mahasiswa pun harus selalu memiliki rasa pecaya diri dan empati
               yang tinggi terhadap sesama. Ia berharap generasi muda saat ini tidak berlaku zalim kepada masyarakat
               jika suatu saat nanti terpilih sebagai pemimpin di negara ini.


               KEBIJAKAN PENDIDIKAN


               Pada  masa  menjabat sebagai Mendiknas, Muhammad  Nuh  mengeluarkan  berbagai kebijakan. Salah
               satu kebijakan yang terpenting adalah tentang kurikulum, yakni Kurikulum 2013, untuk menggantikan
               Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Salah satu alasan yang melatarbelakangi
               penggunaan Kurikulum 2013, menurut Nuh, karena terdapat banyak kekurangan pada Kurikulum
               2006. Konsekuensi dari posisi pelaksanaan kurikulum menyebabkan adanya  satu keharusan untuk
               melakukan evaluasi yang sistematik, rutin, dan terencana. Hal ini senada dengan penjelasan Ibrahim
                                                                                                         1
               bahwa evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk (1) perbaikan program,
               yaitu evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang
               dikembangkan; (2) pertanggungjawaban kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik pihak yang
               mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum tersebut maupun pihak yang akan menjadi konsumen
               dari kurikulum yang telah dikembangkan; dan (3) sebagai penentuan tindak lanjut hasil pengembangan




 470  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  471
   478   479   480   481   482   483   484   485   486   487   488