Page 209 - SEJARAH WAJIB KELAS X_Neat
P. 209

pengaruh  Kerajaan Aceh penggantinya.  Pada abad ke-17
                                    M, terdapat ulama terkenal di Sumatra Barat salah seorang
                                    murid Abdurrauf al-Sinkili yang terkenal bernama Syaikh
                                    Burhanuddin  (1646-1692) di Ulakan. Ia mendirikan surau
                                    dan tak disangsikan lagi Ulakan merupakan pusat keilmuan
                                    Islam di Minangkabau. Tarekat Syattariyah yang diajarkannya
                                    tersebar di daerah Minangkabau  dan ajaran tasawufnya
                                    cenderung kepada syariah dan dapat dikatakan sebagai
                                    ajaran neo-sufisme. Syaikh Burhanuddin  dalam masyarakat
                                    setempat dikenal sebagai Tuanku Ulakan. Penyebaran Islam
                                    yang bersifat pembaruan  dan  menjangkau  lebih  jauh lagi
                                    mencapai klimaksnya pada awal abad ke-19.


                                          Sejak awal  abad ke-16 sampai awal abad ke-19 di
                                    daerah Minangkabau senantiasa terdapat kedamaian, sama-
                                    sama saling menghargai antara kaum adat dan kaum agama,
                                    antara hukum adat dan syariah Islam sebagaimana tercetus
                                    dalam pepatah “Adat bersandi syara, syara bersandi adat”.
                                    Sejak awal abad ke-19 timbul  pembaruan  Islam di daerah
                                    Sumatra Barat yang membawa pengaruh  Wahabiyah dan
                                    kemudian memunculkan “Perang Padri “, perang antara
                                    golongan adat dan golongan agama. Wilayah Minangkabau
                                    mempunyai seorang raja yang berkedudukan di Pagarruyung.
                                    Raja tetap dihormati sebagai lambang negara tetapi tidak
                                    mempunyai kekuasaan, karena hakikatnya kekuasaan ada
                                    di tangan  para  panghulu yang  tergabung dalam Dewan
                                    Penghulu atau Dewan Negari.


                                          Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau
                                    lambat laun terjadi kebiasaan  buruk seperti main judi,
                                    menyabung ayam, menghisap madat dan minum-minuman
                                    keras.  Para  pembesarnya tidak dapat mencegah bahkan
                                    di antaranya turut serta.  Terkait dengan hal itu, kaum
                                    ulamanya yang kelak dinamakan kaum “Padri” berkeinginan
                                    mengadakan      perbaikan    mengembalikan      kehidupan
                                    masyarakat Minangkabau kepada kemurnian Islam. Di antara


             200 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214