Page 34 - FullBook Keperawatan Gerontik
P. 34
Bab 2 Isu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Kelompok Lansia 17
lansia juga dilakukan. Masyarakat dalam satu daerah akan menunjuk beberapa
orang menjadi kader khusus melakukan pelayanan kesehatan pada lansia. Di
jakarta timur misalnya kader posyandu lansia dipilih 2 orang dari satu RT dan
bertugas menyebarkan undangan kegiatan pelayanan kesehatan setiap bulan.
Selain itu kader tersebut diberikan pengetahuan tentang tanda dan gejala
penyakit – penyakit yang sering dialami lansia dan dapat mendampingi ketika
lansia membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut. Bahkan pada
beberapa kondisi kader tersebut membantu lansia untuk memeriksakan diri
lebih lanjut ke puskesmas serta menjadi pengawas minum obat bagi lansia
yang membutuhkan.
Keberadaan masyarakat dalam turut serta dalam perawatan kesehatan lansia
dapat meningkatkan kemampuan lansia dalam berkontribusi dalam
kesehatannya. Ketika lansia diingatkan untuk meminum obat antihipertensi
secara rutin, maka angka kekambuhan lansia juga akan menurun dan
menjadikan lansia mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu,
masyarakat juga menjadi mitra dari pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
klinik, ataupun rumah sakit dalam melakukan deteksi dini kegawatan dari
penyakit yang diderita lansia, sehingga pada banyak kasus tingkat kesembuhan
pun meningkat.
Sewaktu saya sakit stroke, saya sebelumnya tidak tahu kalau saya stroke,
Cuma lemas aja setelah sholat subuh. Lalu keluarga saya melapor ke kader
yang kebetulan tinggal di depan rumah saya, terus katanya saya gejala stroke
karena mulut saya terlihat miring. Habis itu keluarga saya bawa saya ke rumah
sakit, Alhamdulillah sekarang saya udah bisa jalan lagi sekarang. Keluarga
saya tidak ada yang paham tanda gejala stroke bagaimana.
2.2.2 Isu Kesehatan Lansia
Isu kesehatan lansia dapat dipengaruhi antara lain oleh perilaku berisiko seperti
merokok, status gizi, aktivitas fisik, serta asupan buah dan sayur. Studi
Mahwati (2020) menunjukkan bahwa kondisi multimorbiditas secara
signifikan berhubungan dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan, perilaku
merokok, status gizi, aktivitas fisik, dan asupan buah dan sayur. Selain itu,
studi tersebut menemukan bahwa pendidikan rendah memiliki risiko 0,678
kali, tidak bekerja 1,837 kali, riwayat merokok 1,629 kali, berat badan kurus
1,511 kali, obesitas 2,433 kali, dan asupan buah dan sayur kurang dari 4 kali
seminggu berisiko 1,473 kali untuk mengalami multimorbiditas.