Page 102 - PANJUL DAN SAMIN
P. 102
keras, dan dihentikan dengan alat pemukul di tangan
kanannya. Semua teman-temannya termasuk Samin dan
Sumari memperhatikan apa yang dilakukan oleh Panjul.
Semua teman-temannya yang lain sambil berteriak-
teriak juga ikut memperhatikan Panjul memainkan ban
bekas itu.
“Nah, kalian sudah tahu cara bermainnya, tho?”
tanya Panjul kepada teman-temannya.
“Iya, Njul. Kami sudah tahu caranya,” jawab
mereka serempak.
“Baiklah, ayo pegang ban bekas kalian masing-
masing. Kita berkeliling lapangan,” ajak Panjul sambil
bersemangat.
Kemudian semua teman-temannya memegang ban
bekasnya masing-masing, lalu memainkannya seperti
yang telah diajarkan Panjul kepadanya. Sambil tertawa-
tawa riang mereka berlarian di belakang ban. Tangan
kanannya memukul-mukulkannya agar ban itu tidak
berhenti dan tetap melaju.
Sungguh pemandangan yang menarik di lapangan
sore hari itu. Canda tawa bahagia terlihat di wajah
mereka masing-masing. Menemukan permainan baru
yang sangat mengasyikkan. Keringat mereka mengucur.
Sesekali tangan kiri menyapu dahi untuk menghilangkan
keringat yang mengganggu. Mereka tidak menghiraukan
keringat, rasa capek karena terlalu asyik bermain ban
bekas.***
91