Page 94 - PANJUL DAN SAMIN
P. 94

Dia  memijakkan kelingking jari kirinya dan menjadikan
              jempol kirinya untuk menahan kelereng. Tangan kanan

              Panjul  menempelkan  si  biru  di  jempol  jari  kiri  lalu
              mencentangnya dengan keras.
                    “Plak…” Kelereng Supriyono terbelah menjadi dua.
                    “Horeeee…” teriak Panjul dengan gembira.

                    Panjul  kemudian  mencari  kelerengnya.  Si  biru  itu
              jauh terpental sekitar  20  jengkal dari lingkaran.  Tanpa
              berpikir  panjang,    Panjul  memasang  kedua  kelingking
              tanganya  di  tanah.  Panjul  mencentang  si  biru  dengan

              keras. Tanpa ia sadari kelereng  itu terpental ke atas. Si
              biru  mendarat  tidak jauh dari  kelereng Yudi.
                    Panjul  bingung  dengan  apa  yang  terjadi.  Tidak
              lama,  “Prek...”  si  biru  telah  terpental  keras  dan
              membentur  batu.  Si  biru  terbelah  menjadi  dua

              bagian.  Panjul kalah. Semua kelereng yang dia dapatkan
              tadi  telah menjadi milik Yudi sekarang.
                    “Bubar,  ah. Adzan  Ashar,  tuh,” kata  Yudi.

                    Panjul  tidak  menjawab.  Matanya  tidak  lepas
              memandang si  biru dengan nanar. Dalam hatinya, kok
              bisa  ya  kalah.  Padahal  si  biru  kelereng  Panjul  adalah
              gacoan  yang  hebat  dan  handal.  Tapi  kali  ini  Panjul
              dikalahkan oleh kelereng Yudi. ***








                                                                       83
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99