Page 156 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 156
Rekomendasi Rekomendasi
satu variabel capaian adalah dapat diukur dengan suatu indikator luaran. Lalu antara dikategorikan sebagai “population at risk”. 194
capaian hasil kerja dengan dampak perubahan, harus ada terdapat theory of change Indeks prevalensi ini bisa juga diselingi dengan indeks-indeks proksimal, seperti
(teori perubahan) yang memberikan landasan pemikiran mengapa suatu capaian hasil indeks-indeks yang sudah ada semisal Indeks Kota Tanggap Narkotika, Indeks Ketahanan
diyakini dapat membawa dampak pada perubahan. Perubahan yang dimaksud tentunya Diri Remaja, Indeks Ketahanan Keluarga, dan kedua indeks yang sedang digodok, yaitu
adalah perubahan dalam koridor lintasan menuju tercapainya visi. indeks P4GN dan indeks rehabilitasi. Dengan kata lain, mengacu pada triadik luaran-
Dalam konteks BNN dan cegah-edar narkotika, permasalahan mendasarnya capian-dampak (output-outcome-impact), maka kita bisa mendudukkan Indeks Prevalensi
sebenarnya bukanlah di sisi suplai. Sebaliknya, akar permasalahan utamanya adalah di sebagai indeks pengukur dampak; kemudian indeks-indeks proksimal seperti
sisi permintaan. Tanpa ada permintaan, maka tidak akan ada bisnis dan industri adiksi IKOTAN, IKDR, IKK, dst., sebagai indeks pengukur capaian; dan akhirnya indeks
ilegal narkotika dan turunan-turunannya sampai hari ini. Problem demand, karenanya P4GN, juga LAKIP, dipakai sebagai indeks pengukur kinerja lembaga-lembaga terkait.
harusnya diukur juga di sisi demand. 193 Untuk itu kami merekomendasikan untuk Harapannya, dengan BNN menginternalisasikan lebih jauh lagi upaya dan kesadarannya
menggunakan target prevalensi sebagai indikator utama. Lebih khususnya, kami dalam mengindeks yang sudah sering dilakukan, maka niscaya BNN akan lebih mampu
mendorong BNN untuk memantapkan hati untuk berani dan lantang mendeklarasikan mengarahkan gerak langkahnya dengan marka yang jelas dan terukur.
visi P4GN sebagai prevalensi nol (zero prevalence). (Nilai nol tentu tidak harus berarti sama
sekali tidak ada; melainkan ia bisa juga diartikan sebagai <0.5 , yang apabila dibulatkan
akan menjadi 0). 8.1.5. Adiksi sebagai Landasan Intervensi
Prevalensi merupakan indikator penting menjadi ukuran kinerja. Dalam perspektif
pasar, ketika narkotika telah dikonsumsi secara nyata (aktual, bukan potential), keadaan Jika dirunut kembali ke akar terdalam dari persoalan-persoalan di seputar dan
ini mencerminkan suatu equilibrium—pertemuan supply dan demand—karena harga dan karena narkotika, sebenarnya biang permasalahan paling hakiki bukanlah obat, atau
kuantitas telah bertemu pada suatu titik yang disepakati antara supplier dan demander. prekursor, atau kartel, atau kebijakan tembak di tempat. Sumber dari segala musibah
Dengan kata lain, pengalaman mengkonsumsi oleh anggota masyarakat menunjukkan narkotika ini sesungguhnya adalah adiksi. Kalau saja konsumsi ganja, shabu, atau
“how common” narkotika di(salah)gunakan. Semakin banyak anggota masyarakat yang ekstasi tidak menimbulkan adiksi, maka narkotika tidak akan menjadi persoalan runyam
memiliki pengalaman konsumsi, semakin “common” narkotika berada di tengah-tengah seperti saat ini. Andai saja pengguna narkotika tidak ketagihan, dan terus menerus
masyarakat. “How common” ini mencerminkan suatu sebaran, seberapa luas narkotika membeli obat tersebut, tentulah tidak akan ada “pebisnis-pebisnis” narkotika seperti
dikonsumsi di tingkat masyarakat, seberapa banyak anggota masyarakat yang memiliki Escobar, El Chapo, Khun Sa, dan Sam Gor. Jika saja adiksi tidak mengganggu fungsi-
pengalaman konsumsi. fungsi kognitif dan developmental dari perkembangan otak, dan karenanya sang addict
“Sebaran” atau “how common” ini mencerminkan kondisi (status) di tingkat masyarakat. bisa berpikir jernih menapaki karir sebagai warga negara yang baik dan produktif,
Kondisi (status) masyarakat adalah ultimate outcome dari suatu kebijakan; dalam hal ini maka sudah barang tentu negara tidak perlu repot-repot melarang dan memerangi
P4GN. Dengan kata lain, prevalensi adalah ukuran substantif, bukan administratif, kinerja penggunaan narkotika. Hingar-bingar pemberitaan soal narkotika dan hiruk-pikuk
P4GN. Karena ini menyangkut “how common”, jargon alternatif yang dapat diusulkan implementasi kebijakan anti-narkotika yang kompleks agaknya telah menyamarkan
adalah “tingkat narkodemi” (narcodemic). Ini adalah tingkat epidemi penyalahgunaan kenyataan bahwa adalah adiksi yang menjadi awal mula dari segala persoalan
narkotika dalam perspektif biostatistika. Indikator lain yang potensial dapat digunakan kenarkotikaan ini. Gambar di bawah merupakan ilustrasi kami soal bagaimana adiksi
sebagai alternatif atau pelengkap adalah incidence, morbidity, bahkan mortality yang sebagai pusat permasalahan.
secara langsung dikaitkan dengan penyalahgunaan narkotika dalam masyarakat yang
194 Literatur dasar biostatistika mengulas secara teknis hal-hal ini. Lihat, misalnya, U.S. Department of
Health and Human Services (2012). Principles of Epidemiology in Public Health Practice: An Introduction to Applied
193 Dolliver, “A supply-based response to a demand-driven problem: a fifteen-year analysis of drug interdiction in Poland.” Epidemiology and Biostatistics. Third Edition. SELF-STUDY Course SS1978
142 Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) 143
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika