Page 160 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 160

Rekomendasi                                                                                                                                                                                                    Rekomendasi




          pertanyaan mereka adalah di seputar bagaimana menjelaskan (dan  mencegah)                                                      Gelombang pertama adalah cara pandang adiksi sebagai sebuah persoalan moral/

          penyalahgunaan  pertama  atau  sesekali/coba-coba  (intermittent)  dapat berkembang                                      akhlak: pecandu adalah orang “jahat” yang harus dihukum seberat-beratnya. Paradigma
          menjadi adiksi.  Atau, jika diformulasikan dalam bahasa neurosains, bagaimana efek                                       ini dikritik oleh gelombang kedua yang mulai melihat persoalan adiksi sebagai persoalan
                           201
          dopamin dari ventral tegmentum area (VTA) berlebih di ventral striatum bisa merambat                                     medis,  yaitu  sebuah  penyakit  otak.  Paradigma  ini  digaung-gaungkan  oleh  Amerika

          ke dorsal striatum dan akhirnya melumpuhkan  fungsi  berpikir kritis di  orbitofrontal                                   Serikat lewat National Institute of Drug Abuse-nya [NIDA]. Sejak lima tahunan terakhir,
          cortex  (OFC)  dan  fungsi  eksekutif  di  dorsolateral  prefrontal  cortex  (dlPFC)  sembari                            gelombang ketiga mulai bergulir dan mulai membelah dunia akademik dan kesehatan
          menghapus memori “dunia tanpa narkoba” di hippocampus.             202  Dengan kata lain, dengan                         menuju  pengkutuban  yang menjauh dari hegemoni  “sakit otak” ala AS. Gelombang

          bahasa psikologi misalnya, bagaimana menjelaskan tindakan inisiasi drug-taking dapat                                     kedua ini sebenarnya sudah dengan baik menyelamatkan para pecandu dari demonisasi
          berkembang menjadi prilaku drug-seeking dan berakhir menjadi kompulsi drug addiction.                                    dan moralisasi, dan pada gilirannya mendekatkan mereka  pada intervensi perawatan
          Di Indonesia, pertanyaan-pertanyaan ini amat sayup-sayup terdengar, karena umumnya                                       kesehatan/medis, dan juga untuk mengakomodasi hukum dan aturan jaminan sosial akan

          dipandangan bahwa sekali menyalahguna, maka itu adalah one-way ticket menuju adiksi                                      suatu definable illness untuk mendapat layanan kesehatan dari negara. Namun demikian,
          dan masa depan suram. Stigma.                                                                                            industrialisasi  besar-besar  dan  intervensi  perusahaan  farmasi  besar  di  AS/NIDA  telah

               Merangkum dua tabu ini dengan bahasa yang paling awam: pemakaian pertama                                            memunculkan kritisisme bahwa paradigma medikalisasi adiksi ini telah disabotase oleh
          belum  tentu mendorong  pemakaian kedua, dan pemakaian kedua  dst., tidak serta                                          kepentingan pemodal-pemodal besar (big pharma) di bidang farmasi.          203  Alhasil, ini memantik

          merta  berkembang  menjadi  adiksi;  dan  saat,  sejeleknya  kemungkinan,  seseorang                                     para akademisi dan praktisi kesehatan sedunia untuk mengonsolidasikan tandingan bagi
          menjadi  adiksi,  ia berkemungkinan  cukup  besar untuk  berhenti  dengan  sendirinya                                    paradigma sakit otak ini: tawarannya adalah paradigma model perkembangan/belajar

          tanpa program perawatan/“rehab.” Dikatakan tabu, karena hampir semua orang tidak                                         otak (neurodevelopmental-learning model).      204
          pernah mempertanyakan kedua hal ini, seraya langsung menvonis dan membubuhkan                                                  Singkat cerita, kajian dan intervensi adiksi di dunia terpolarisasi ke dalam dua kutub
          stigma ke para penyalahguna. Alih-alih membantu si penyalahguna, tabu ini justru malah                                   besar  dominan:  model  sakit  otak  (brain disease  model of addiction,  BDMA)  dan model

          berdampak negatif pada kesembuhan subjek, dan dalam akumulasinya, tabu ini justru                                        perkembangan/belajar otak  (neurodevelopmental-learning model  of addiction,  NLMA).
          menjauhkan kita dari mendudukkan perkara secara lebih kepala dingin.                                                     Salah satu kritik paling definitif NLMA terhadap BDMA adalah bahwa perubahan yang

               Selain dua hal ini, ada satu hal lagi terkait mindset yang turut menyumbang pada                                    terjadi pada otak pecandu  tidaklah  serta merta sah dikatakan sebagi suatu ‘penyakit’.
          kesalahkaprahan  soal adiksi,  dan  akhirnya  makin  menjauhkan  dari  solusi  yang  tepat                               Karena,  pasalnya:  1)  perubahan  otak  yang  dialami  pecandu  narkotika  ternyata  juga
          sasaran. Hal tersebut adalah paradigma ‘sakit otak’—adiksi dianggap  sebagai sebuah                                      terjadi  pada  mereka  yang  kecanduan  hal-hal  non-substansi  lainnya  (internedt,  media

          penyakit otak. Turunan keseharian paradigma ini adalah anggapan yang berulang-ulang                                      sosial, bahkan fundamentalisme agama); 2) semua orang mengalami perubahan otak!
          kali direproduksi, yaitu bahwa “pecandu tidak bisa sembuh, melainkan bisa pulih.” Dalam                                  Bahkan, perubahan otak (di daerah korteks, di bagian executive functioning) yang dialami

          refleksi  kami,  frasa ini  sungguh bukan hanya  miskin faedah, melainkan ia justru                                      para pecandu sebenarnya adalah yang juga terjadi di seluruh anak bayi sampai umur 20
          bahkan mengerdilkan willpower atau agensi dari subjek pecandu untuk bisa kembali                                         tahun: pemangkasan sinapsis (synaptic pruning) (lihat gambar).
          “normal.” Pandangan ini menariknya sejalan dengan apa yang disebut gelombang ketiga

          riset dan penanganan adiksi (third wave of addiction research and treatment) yang mulai
          skeptis dan antagonis terhadap paradigma sakit otak ini.



            201   Mauricio Alvarez-Monjaras et al., “A developmental model of addictions: integrating neurobiological and psychodynamic theories
          through the lens of attachment,” Attachment and Human Development 21, no. 6 (2019): 616–37.
            202   Barry J. Everitt dan Trevor W. Robbins, “From the ventral to the dorsal striatum: Devolving views of their roles in drug addiction,”
          Neuroscience and Biobehavioral Reviews 37, no. 9 (2013): 1946–54; Feng Zhou et al., “Shifted balance of dorsal versus ventral striatal commu-
          nication with frontal reward and regulatory regions in cannabis-dependent males,” Human Brain Mapping 39, no. 12 (2018): 5062–73; David   203   Emiliano Rodríguez Mega, “The psychiatrist at the centre of the opioid crisis,” Nature 580, no. 7802 (2020): 178–81.
          M. Lipton, Ben J. Gonzales, dan Ami Citri, “Dorsal striatal circuits for habits, compulsions and addictions,” Frontiers in Systems Neuroscience 13,   204   Nick Heather et al., “Challenging the brain disease model of addiction: European launch of the addiction theory network,” Addiction
          no. July (2019): 1–14.                                                                                                   Research and Theory 26, no. 4 (2018): 249–55.


            146     Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)                                                                               Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   147
                                                                                                                                                                                  Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
                    Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165