Page 165 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 165

Rekomendasi                                                                                      Rekomendasi




 memecahkan persoalan penyalahgunaan narkotika yang tak kunjung membaik menjadi   harus  tersituasikan dan  mampu mengambil  posisi  dan  kebaruan  dalam  perdebatan

 hal yang bisa dibilang mustahil.   akademik yang state of the art atau termutakhir. Untuk ini, dialog, merujuk dan monitoring
 Soal  penelitian  ilmiah  yang  menjadi  penentu  inovasi  kebijakan,  ada  baiknya   konstan  akan  perkembangan  wacana  dan  perdebatan  di  jurnal,  buku,  dan  terbitan-
                                                         211
 menengok  sebentar  ke  kasus  yang  disebut-sebut  sebagai  “The European  Paradox.”  Di   terbitan utama disiplin menjadi mutlak.  Kemudian ia harus tersituasikan dan mampu
 sekitar tahun 1995, Uni Eropa merilis Green Paper on Innovation yang menyatakan bahwa   menawarkan posisi kebaruan di tengah-tengah praktik kebijakan (best policy practices)
 ada paradoks dalam perkembangan dan dinamika inovasi di Eropa secara keseluruhan,   yang  sudah  pernah  ada  terlebih  dahulu.  Di  sini,  pemantauan  arsip-arsip  resmi  dan

 khususnya dibanding dengan Amerika Serikat. Saat itu, gagasan mengenai riset akademik   pemberitaan media massa menjadi penting dilakukan secara sistematis dan kontinyu.
 dan riset litbang (R&D) bahu-membahu berperan sebagai motor inovasi mulai perlahan   Ketersituasian ketiga adalah di dalam organisasi/lembaga itu sendiri. Menyambung
 masuk dan menjadi gagasan arus utama di pemerintahan. Namun yang menjadi paradoks   bagian sebelumnya soal melembagakan penelitian ilmiah ke dalam proses pengambilan

 adalah kenyataan bahwa Eropa mempekerjakan lebih dari dua kali lebih banyak peneliti   kebijakan melalui aturan dan indikator/metrik keterhubungan, ketersituasian di dalam
 dan hampir dua kali lebih besar volume publikasi, namun tingkat inovasinya tertinggal   organisasi ini merujuk pada integrasi ke dalam siklus kebijakan organisasi. Menggunakan

 tiga kali lipat di belakang Amerika Serikat. (Tingkat inovasi diukur dari besaran dana yang   model yang umum digunakan, skema berikut menunjukkan bagaimana setiap titik siklus
 dialokasikan untuk riset-riset akademik yang diarahkan untuk litbang) Dalam penelitian di   kebijakan bisa dan sudah seharusnya dikawal oleh penelitian yang ilmiah dan unggulan.
 tahun 2018, dua peneliti dari Komisi Eropa menemukan bahwa ternyata terdapat variabel   Adopsi dan formalisasi skema ini ke dalam aturan tertulis adalah amat direkomendasikan.

 antara yang menghubungkan antara riset akademik dengan riset litbang/inovasi, yaitu
 keunggulan (research excellence). 210

 Temuan  mereka,  yang  membedakan  riset-riset  dari  Amerika  dan  Eropa  saat  itu
 adalah bagaimana yang  pertama amat menekankan  pada dialog,  debat, dan  saling
 kutip antara satu sama lain, sementara riset-riset di Eropa cenderung terbatas dalam

 interaksinya  dengan  satu  sama lain,  dan  bahkan  dengan  bahasa  lain.  Akibatnya,  riset
 Amerika cenderung memiliki high impact yang lebih ketimbang Eropa. Menariknya, adalah

 riset-riset yang memiliki dampak tinggi ini yang cenderung memiliki kans besar untuk
 dapat  diiterasikan  ke  dalam  riset-riset  litbang  inovatif.  Keunggulan  (excellence)  sebuah
 riset  dengan  demikian  dilihat  sejauh  mana  ia  saling  memberi  dampak  bagi  riset-riset

 lainnya, dan itu terlihat dari jejaring saling mengutip dan saling merujuk (citation network).
 Riset  dari  Komisi  Eropa  ini  relevan  untuk  menunjukkan  bagaimana  riset  unggulan

 adalah menentukan bagi inovasi. Syaratnya, sebuah riset harus menjadi unggul dan
 memberi kebaruan (novelty) di kalangan peer akademiknya di disiplin, barulah ia
 bisa bertransformasi  menjadi riset litbang untuk  menciptakan inovasi, baik itu

 kebijakan publik maupun produk industri.
                                                  Skema 7. Siklus kebijakan. 212
 Setidaknya ada empat (4) hal yang bisa dijadikan acuan untuk mengarahkan dan

 mengembangkan menuju  riset kebijakan  unggulan  (policy research  excellence), dan
               211   Untuk poin ini, perlu diperhatikan juga moral hazard untuk meretas ketersituasian akademik ini dengan jalan-jalan tercela, tidak
 ketiga-tiganya berkaitan dengan ketersituasian (situatedness). Yang pertama adalah ia   jujur nan memalukan seperti penyitiran tidak wajar, sitasi selfie, dan berbagai “efek kobra” lainnya di dunia publikasi akademik, khususnya
            di Indonesia. Lihat Rizqy Amelia Zein, “Efek kobra, dosen Indonesia terobsesi pada indeks Scopus dan praktik tercela menuju universitas
            kelas dunia,”  The  Conversation, 16  November 2018, https://theconversation.com/efek-kobra-dosen-indonesia-terobsesi-pada-indeks-sco-
            pus-dan-praktik-tercela-menuju-universitas-kelas-dunia-105808.
 210   Koen Jonkers dan Frédérique Sachwald, “The dual impact of ‘excellent’ research on science and innovation: the case of Europe,”   212   Diadaptasi dari Sarah Connors, “GeoPolicy: Science and the policy cycle,” GeoLog, 14 November 2016, https://blogs.egu.eu/geo-
 Science and Public Policy 45, no. 2 (1 April 2018): 159–74.  log/2016/09/14/geopolicy-science-and-the-policy-cycle/.


 150  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   151
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169   170