Page 169 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 169

Rekomendasi                                                                                      Rekomendasi




 menyandera program-program ini tidak dapat berjalan dengan mulus: mayoritas karena   1.)  Menyelenggarakan  events kenarkotikaan skala kawasan di dalam negeri yang

 keterbatasan (disengaja  atau  tidak,  disadari  atau  tidak)  para petugas  dan  pejabatnya,   mengundang seluruh negara di kawasan. Even-even ini bisa dimulai dari sekedar
 dan kemudian karena hambatan biaya. Solusi intuitifnya tentu saja adalah memperkuat   seminar soal tantangan kejahatan narkotika di kawasan, atau soal tantangan
 pengawasan dan insentif di satu sisi, dan di sisi lain adalah meningkatkan bujet anggaran.   prevalensi penyalahgunaan di kalangan anak muda di kawasan, dsb. Intinya adalah

 Permasalahan  kemudian  yang  muncul  adalah  bagaimana  mengamplifikasi  ini  semua   skala kawasan di sini.
 mengingat  keterbatasan sumber daya di  dalam negeri.  Opsi  yang  muncul  kemudian   2.)  BNN perlu lebih aktif berkomentar (talkative) untuk isu-isu narkotika di dunia, dan
 adalah mengeksplorasi kemungkinan dari luar negeri.  terutama di kawasan. Aktif berkomentar ini disampaikan melalui outlet media yang

 Pertama  adalah  regionalisasi  P4GN.  Regionalisasi  yang  dimaksud  adalah   juga di skala kawasan seperti Strait Times, The Diplomat, East Asia Forum, Nikkei
 membawa, membingkai, dan mengorientasikan program-program P4GN (dan program   Asia, Asia Times, dst. Komentar bisa disampaikan melalui tulisan-tulisan di kolom

 dan  kebijakan  BNN)  ke  dalam  wawasan  regional  Asia  Tenggara.  Ide  dasarnya  adalah   opini. Bisa juga dengan menggelar rilis dan konferensi pers. Pula jangan dilupakan
 bahwa menghimpun dukungan, kekuatan, dan modalitas-modalitas yang ada di kawasan   untuk selalu mengundang media-media internasional ini untuk meliput program-

 adalah faktor penting untuk bisa menanggulangi persoalan narkotika di kawasan, yang   program BNN  dalam  konteks  P4GN.  Eksposur  kawasan  dan  internasional  adalah
 notabene secara signifikan mempengaruhi magnitude persoalan narkotika di dalam negeri.   tujuan dari jalur ini.
 Regionalisasi  yang  dimaksud  adalah  meningkatkan konstituensi  isu P4GN  menjadi   3.)  Delegasi-delegasi pemerintah Indonesia perlu untuk selalu konsisten membawa dan

 tidak hanya perhatian (concern) nasional, melainkan perhatian di kawasan. Hal ini   menyentuh isu kenarkotikaan dan P4GN dalam semangat Pertahanan Aktif di setiap
 juga  berarti mengarahkan  pembingkaian  isu  narkotika di  kawasan ke dalam langgam   forum-forum  internasional  yang  dihadirinya.  Baik  itu  forum  presidensial,  forum

 P4GN, lebih khususnya ke dalam langgam strategi Pertahanan Aktif. Catatan kaki di sini,   ministerial, maupun forum pertemuan senior officers (SOM). Hal ini untuk mengirim
 dalam praktiknya, saat meregionalisasi isu ini ke tingkat kawasan Asia Tenggara, nama   sinyal kepada dunia  bahwa bukan  hanya Indonesia serius untuk  menanggulangi
 dari P4GN tidak harus selalu dipertahankan; ia bisa diganti dengan nama lain yang bisa   persoalan narkotika, melainkan juga terlebih lagi Indonesia siap untuk mengambil

 mewakili aspirasi negara-negara lain. Namun yang krusial harus dikawal adalah prinsip,   tampuk  kepemimpinan  untuk  ini.  (Catatan  tebal:  kepemimpinan  di  sini  tidak
 marwah, dan semangatnya, yaitu Pertahanan Aktif.  sebaiknya diartikan sebagai keketuaan  [chairmanship]  dalam  artian  formal;  kami

 Ada  empat  jalur  yang  bisa  dilakukan  dalam  rangka  regionalisasi  P4GN.  Namun   lebih merekomendasikan memaknai ‘kepemimpinan’ ini ala Ki Hajar Dewantara—
 penting  ditandaskan  terlebih  dahulu,  prinsip  ASEAN  Way  dan  nilai-nilai  Asia  dalam   ”ing ngarso sung tulodo [teladan], ing madyo mbangun karso [semangat].”)
 diplomasi  dan  hubungan  internasional  penting  untuk  selalu  dijaga:  menjunjung  tinggi   4.)  Selalu mengupayakan inisiasi kerjasama atau kegiatan bersama berskala kawasan

 kedaulatan ketimbang intervensi berbasis sanksi; kerjasama inkremental ketimbang “big   dengan  dimulai dari  people-to-people  (P-to-P),  namun  harus  dikawal  sampai
 reform”; 214  berangkat dari isu/inisiatif yang cenderung low politics, ketimbang langsung   berbuah kerjasama government-to-government (G-to-G) yang kongkrit. Artinya, dalam

 ke  high-politics;  hubungan  kultural-informal,  ketimbang  legal-formal;  dan  alih-alih   merancang program, ia harus dibuatkan struktur inkrementalnya (bertahap): dari
 multilateralisme, jalur yang harus ditempuh adalah apa yang belakangan banyak disebut   berbasis-masyarakat sampai ke pemerintah/minilateral. Fungsi strategis dari P-to-P
 sebagai ‘minilateralisme’ (forum informal antara dua negara atau lebih). 215  Dengan   di sini adalah sebagai pintu masuk menuju G-to-G.

 berpegang pada prinsip-prinsip ASEAN Way ini, keempat jalur ini bisa dipertimbangkan:  Keempat jalur ini tentunya akan membutuhkan materi dan substansi yang hendak

            diregionalisasikan,  baik itu  berupa ide/gagasan maupun  program. Ide, gagasan dan
            program ini yang di bagian berikutnya akan dibahas dalam bentuk enam paket ide. Namun
            untuk  sampai di sini, harapannya dapat dilihat lintasan apa saja yang bisa ditempuh
 214   Suisheng Zhao, “From Soft to Structured Regionalism: Building Regional Institutions in the Asia–Pacific,” Journal of Global Policy
 and Governance 2, no. 2 (5 November 2013): 145–66.  dalam rangka meningkatkan skala konstituensi isu narkotika dalam langgam P4GN yang
 215   Vannarith Chheang, “Minilateralism in Southeast Asia: Facts, opportunities and risks,” in Minilateralism in the Indo-Pacific: The Quad-
 rilateral Security Dialogue, Lancang-Mekong Cooperation Mechanism, and ASEAN, ed. oleh Bhubhindar Singh dan Sarah Teo (Abingdon, Oxon;   berbasiskan Pertahanan Aktif ke tataran kawasan.
 New York, NY: Routledge, 2020), 103–19.


 154  Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense)   155
                                                           Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
 Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173   174