Page 16 - Bibliografi Beranotasi Karya Tjipto Mangoenkoesoemo
P. 16
pada arus pemikiran para mahasiswa yang berasal dari negeri
yang masih disebut “tanah Hindia” itu. Kalau mula –mula
organisasi kemahasiswaan yang dinamakan Indische Vereenig-
ing lebih asyik dengan masalah “hidup di rantau orang” tetapi
sejak kedatangan tiga tokoh pejuang ini suasana perubahan
intelektual pun mulai bersemi. Pemikiran “tanah Hindia” yang
terbebas dari Nederland mulai dirasakan. Hasrat terwujudn-
ya persatuan suku-suku bangsa pun mulai semakin menjadi
bagian dari kesadaran politik para mahasiswa ini. Begitulah
pada tahun 1916 majalah yang semula bernama Indische Ver-
eeniging menjadi Hindia Poetra.
Ternyata tidak lama dokter Tjipto bisa bertahan di negeri Be-
landa. Karena kesehatannya ia diperbolehkan untuk kembali
ke tanah Jawa. Tetapi ia tidak meninggalkan aktivitas politik
dan bahkan melanjutkan kebiasaannya menulis kolom-kolom
surat kabar yang bernada politik. Ia pun kembali aktif di Insu-
linde –sebuah organisasi politik yang memperlihatkan kecend-
erungan yang semakin radikal. Dalam suasana politik inilah
Insulinde mengubah nama menjadi Nationaal Indische Partij
(NIP). Memang pada waktu itu (1919) nama “Indonesia” masih
berada dalam buku ilmiah—diperlukan beberapa tahun sebe-
lum para mahasiswa yang berasal tanah Hindia menyebut or-
ganisasi mereka Indonesische Vereeniging dan setahun kemu-
dian “Perhimpoenan Indonesia” dengan semboyan Indonesie
vrij nu (Indonesia merdeka sekarang)
Sementara itu—pada tahun 1918 pemerintah kolonial
mendirikan apa yang disebut Volksraad atau Dewan Rakyat.
Di samping anggotaanggota yang terdiri dari beberapa pejabat
Belanda anggota Volksraad ini terdiri atas beberapa orang to-
koh-tokoh anak negeri yang diangkat baik melalui pemilihan
tak langsung ataupun penunjukan langsung oleh pemerintah.
Di antara mereka yang diangkat sebagai anggota Dewan Rakyat
ini ialah dokter Tjipto. Maka mestikah diherankan kalau dokter
Tjipto memakaikan kedudukan ini sebagai forum untuk membe-
la kepentingan rakyat. Dalam pidatopidatonya ia tidak jarang
memperlihatkan ketidak-adilan yang terjadi dan persekongko-
lan antar unsur kebangsawan dengan pejabat kolonial. Maka
mestikah diherankan kalau pada tahun 1920 iapun dipindah-
kan—diberhentikan sebagai anggota Dewan Rakyat sedangkan
tempatnya untuk menjalankan praktek kedokteran pun harus
4 Bibliografi Beranotasi Karya
Tjipto Mangoenkoesoemo