Page 26 - E-Modul Kebijakan Cultuurstelsel Belanda di Karesidenan Madiun
P. 26
26
B. Pelaksanaan Cultuurstelsel di Karesidenan Madiun
Pelaksanaan Cultuurstelsel dinilai efektif dalam
mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia. Meskipun
pada saat pelaksanaan Cultuurstelsel, Belanda tidak berkuasa
secara langsung. Pemerintah Belanda menjalankan kekuasaan
melalui bupati serta memanfaatkan jaringan aparat dan
makelar kekuasaan tidak resmi seperti kepala desa, jago,
palang, weri, dan sebagainya. Bupati merupakan kepala
daerah tingkat kabupaten, serta menjadi manajer puncak
produksi perkebunan bersama residen. Dalam menjalankan
fungsinya, para bupati dibantu oleh priyayi. Adapun sejumlah
priyayi yang memiliki wewenang birokrat di antaranya patih,
kliwon, mentri, jaksa dan lainnya. Sedangkan sejumlah priyayi
yang memiliki wewenang teritorial di antaranya wedana dan
asisten wedana (camat). Selama pelaksanaan Cultuurstelsel
tersebut, priyayi juga bekerjasama dengan pegawai sipil
Belanda yaitu Binnenlandsch Bostuur (BB) (Ham, 2018:104).
Pelaksanaan Cultuurstelsel ini sebagian besar dilakukan di
daerah Jawa dan beberapa daerah lain di luar Jawa. Wilayah
Jawa dilakukan pada daerah Gubernemen yang meliputi 18
wilayah karesidenan, yaitu Banten, Priangan, Krawang,
Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, Rembang,
Surabaya, Pasuruhan, Besuki, Pacitan, Kedu, Bagelen,
Banyumas, Madiun, dan Kediri (Kartodirdjo, 1991: 57).
Kondisi geografis Karesidenan Madiun yang relatif subur,