Page 49 - Buku Ajar Pengantar Dasar Matematika (Penulis: Sari Herlina, M.Pd dan Ahmad Zamsuri, M.Kom)
P. 49

⇔ x ∈ ((A∪B) ∩ (A∪C))
                     Berarti: A∪(B∩C) ⊂ ((A∪B) ∩ (A∪C))
                     II. (A∪B) ∩ (A∪C)   ⇔ y ∈(A ∪ B) dan y ∈ (A∪C)
                                         ⇔ ( y ∈ A atau y ∈ B) dan ( y ∈
                                            A atau y ∈ C )
                                         ⇔ y ∈ A atau (y ∈ B dan y ∈ C)
                                         ⇔ y ∈ A ∪ (B∩C)
                     Berarti: (A∪B) ∩ (A∪C) ⊂ A∪ (B∩C)
                  Dari I dan II dapat disimpulkan:
                                A∪(B∩C) = (A∪B)∩(A∪C)

                  Contoh:
                  A = {a,b,c} B ={ b,c,d,e} C ={b,c,d,e,f}
                  A∩(B∪C) = {a,b,c} ∩ ( { b,c,d,e,f } )
                            = {b,c}
                  (A∩B)∪(A∩C) = ({ b,c}) ∪ ({ b,c})
                                = {b,c}
                  Jadi,dapat disimpulkan A∩(B∪C) = (A∩B)∪(A∩C)

                  4.  Sifat Identitas

                      a.     ∩       =    
                      b.     ∩   ∅  =  ∅
                      c.     ∪      =    
                      d.     ∪  ∅ =  ∅
                      Dengan S adalah himpunan semesta. Himpuan semesta
                  (  S)  merupakan  himpunan  identitas  operasi  irisan,  sebab
                  untuk setiap A berlaku A ∩ S  = A, sedangkan khusus untuk
                  ∅ identitas operasi irisannya adalah sembarang himpunan,
                  sebab ∅ ∩ A= A ∩ ∅=  ∅ untuk setiap himpunan A. Ingat
                  suatu  unsur  dikatakan  identitas  suatu  operasi  dalam



                  45    Buku Ajar Pengantar Dasar Matematika
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54