Page 160 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 160
Pengayaan Materi Sejarah
kedaulatan diserahkan oleh Belanda kepada Negara Indonesia Serikat
menurut jadwal yang telah ditentukan dalam perjanjian Renville”. 38
Pada upacara pembukaan ternyata belum semua delegasi tiba di
Bandung. Oleh karena itu, rapat memutuskan untuk menunda
konperensi hingga 15 Juli. Sementara itu, sebelum konperensi itu
dibuka lagi, Sultan Hamid II dari Kalimantan Barat mengumpulkan
sejumlah peserta yang telah hadir untuk berbicara tersendiri. Ia
menuduh Anak Agung adalah “antek” RI yang sudah pasti akan
memperjuangkan kepentingan RI. Sepanjang konperensi terselenggara
dari 15 Juli hingga 18 Juli terdapat dua blok yang tidak selalu sepaham,
yaitu:
a. Blok pertama terdiri dari NIT, Pasudan. Madura, kalimantan Timur,
kalimantan Tenggara, Banjar dan jawa Tengah. Pimpinan blok ini adalah
Ide anak Agung Gde Agung (NIT) dan R.T. Adil Puradiredja (Negara
Pasundan).
b. Blok kedua terdiri dari Negara Sumatra Timur, Sumatra Selatan, Riau,
Bangka, Belitung, Kalimantan Barat, Dayak Besar, padang, dan Jawa
Timur. Pimpinan blok ini adalah Sultan Hamid II (Kalimantan Barat) dan
dr Mansur (Sumatra Timur).
Selain itu, sebelum konperensi dibuka kembali, kedua belah
pihak telah mengeluarkan memorandum masing-masing yang
diharapkan bisa ditampung dalam diskusi konperensi tersebut.
Memorandum dari kelompok pertama dengan dipelopori Ide Anak
agung Gde Agung dan R.T. Adil Puradiredja menginginkan suatu
Pemerintah Federal Sementara yang dipimpin oleh suatu direktorium
yang terdiri dari tiga atas 3 orang Indonesia yang dipilih oleh para
pemimpin negara bagian. Selain itu juga dinginkan sebuah parlemen
yang untuk pertama kali terdiri dari atas para peserta konperensi
Bandung tersebut. Memorandum kelompok kedua dipimpin Sultan
Hamid II menginginkan suatu sistem pemerintahan seperti Amerika
Serikat.
Secara resmi konperensi Bandung itu dinamakan Staatkundige
Eenheden Conferentie (Konperensi Satuan-Satuan Kenegaraan), tetapi
nama yang kemudian lebih dikenal adalah Bijeenkomst Voor Federale
Overleg (BFO) atau Pertemuan Musyawah Federal. Dalam
perkembangannya, BFO menjadi katalisator yang penting dalam
diplomasi antara RI dan Belanda. Oleh karena pentingnya peranan BFO,
148