Page 164 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 164

Pengayaan Materi Sejarah


                Sukarno dan Hatta sepakat dan berjanji akan membicarakan gagasan itu
                kalau mereka telah kembali ke Yogyakarta.

                      Ide Anak Agung Gde Agung menyadari, bahwa untuk pertemuan
                antara  BFO  dan  RI  diperlukan  persiapan-persiapan,  terutama  materi
                yang  akan  dibahas.  Sejak  akhir  Maret  1949  ia  memerintahkan  para
                penasihatnya  di  Makasar  untuk  menyusun  suatu  rencana  tentang
                struktur pemerintah federal dan proses penyerahan kedaulatan. Bahan-
                bahan itu kemudian disajikan oleh Anak Agung dalam dua kertas kerja
                dalam  rapat-rapat.  Urgensi  menyiapkan  materi  pertemuan  semakin
                mendesak  ketika  delegasi  Mohamad  Roem  dan  delegasi  Van  Royen
                mulai  berunding  di  Jakarta,  sehingga  “kembali  ke  Yogya”    semakin
                dekat.  Presiden  Sukarno  yang  waktu  itu  berada  di  Bangka,  menyurat
                kepada Sultan Hamid II untuk mengingatkan BFO bahwa segera setelah
                para pemimpin RI kembali ke Yogya, “langkah-langkah bersama dengan
                BFO  akan  diambil”.  Presiden  bahkan  berjanji  bahwa  “untuk  itu  kami
                akan mengundang BFO kalau kami telah di Yogya”.
                           Dalam  upaya  mengantisipasi  pertemuan  di  Yogya  tersebut,
                maka  dalam  rapat  BFO  pada  16  April  1949  Anak  Agung  mengajukan
                “working paper” terkait pertemuan Inter Indonesia yang diterima secara
                bulat dalam rapat itu, yakni sebagai  berikut: 41

                    1.  Menghubungkan pemerintah-pemerintah, dalam hal ini daerah-
                       daerah  yang  terorganisasi  secara  ketatanegaraan  diatur  di  luar
                       Republik,  yang  bekerja  sama  dalam  ikatan  BFO,  dengan
                       pemerintah Republik, agar tercapai kerja sama antar  Indonesia
                       pada umumnya di dalam hal perkembangan politik selanjutnya,
                       dan khususnya pada pembicaraan-pembicaraan KMB.
                    2.  Membicarakan  garis  besar  ketatanegaraan  sementara  RIS  agar
                       setelah KMB, pemerintah Indonesia yang pertama akan disusun,
                       yakni pemerintah yang akan menerima kedaulatan Indonesia.
                    3.  Bermusyawarah  tentang  kemungkinan  susunan  Pemerintah
                       Indonesia yang akan datang.
                       Dalam  “working  paper”  menyebutkan  agar  masalah-masalah
                tersebut  di  atas,  terutama  yang  pertama  dan  kedua,  sebaiknya  tidak
                dibicarakan  dalam  KMB.  Namun  point-point  itu  telah  disepakati
                sebelumnya antara BFO dan RI dalam Konferensi Inter Indonesia. Oleh
                karena BFO dan RI praktis mewakili seluruh Indonesia, maka kabinet



                152
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169