Page 167 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 167

Menjelang Konperensi Inter Indonesia, UNCI mengundang berbagai
                anggota  untuk  membicarakan  persiapan  KMB,  karena  mereka  bisa
                membahayakan jalannya persidangan. Khususnya disebutkan nama Mr.
                Abas  (Tapanuli),  salah  seorang  yang  telah  ditentukan  sebagai  calon
                delegasi  BFO  ke  KMB,  yang  sangat  kontroversial.  Kesempatan  untuk
                menyingkirkan  Mr  Abas  dari  keanggotaan  delegasi  datang  pada  saat
                rapat  BFO  pada  13  Juni  1949.  Ketika  itu,  Sultan  Hamid  II  tidak  bisa
                memimpin rapat karena sedang berada di Pontianak. Dan, Anak Agung
                sebagai wakil ketua menjadi pemimpin rapat. Ia menjelaskan pertama-
                tama  bahwa  sebagai  pengambil  inisiatif  Konperensi  Inter  Indonesia,  ia
                telah  menghubungi  tokoh-tokoh  RI  yang  menyatakan  hendak  disusun
                bersama,  seperti  Konstitusi  sementara  yang  harus  diterima  parlemen
                negara-negara bagian sebelum dibawa ke KMB.

                        Namun,  dalam  rapat  itu  pula,  dikatakan  bahwa  semua
                bergantung  pada  tokoh-tokoh  dari  Sumatra.  Apabila  BFO  pecah,
                kemungkinan  besar  UNCI  membatalkan  undangannya  pada  BFO  dan
                justru  akan  mengundang  negara-negara  bagian  tertentu  saja.  Dengan
                bantuan beberapa anggota lainn, akhirnya sepakat agar Mr. Abas tidak
                dicalonkan sebagai anggota delegasi BFO, tetapi akan bertindak sebagai
                penasehat  saja.  Sementara  itu,  Sultan  Hamid  sekembalinya  dari
                Pontianak,  iapun  berusaha  untuk  mempertahankan  keutuhan  BFO.
                Untuk  menjamin  kehadiran  BFO  dalam  KMB,  ia  bersama  Anak  Agung
                bertemu dengan pihak UNCI, yakni Cochran dan Critchley pada 15 Juni
                1949.  Dalam  pertemuan  itu,  Anak  Agung  meyakinkan  UNCI  bahwa
                mereka dapat menjamin keutuhan dalam BFO. Dalam pembicaraan itu,
                kedua tokoh UNCI menegaskan bahwa UNCI mengakui eksisitensi BFO
                dan memenjamin kehadirannya di KMB. Bahkan, mereka memutuskan
                pengiriman dari BFO minimal lima orang sebagai delegasi KMB
                        Konferensi   Inter   Indonesia   akhirnya   terlaksana   dan
                diselenggarakan dua kali. Pertama kali di Yogyakarta antara 19 sampai
                23 Juli 1949. Setelah itu, para delegasi akan pulang ke tempat masing-
                masing  untuk  merayakan  Idul  Fitri.  Kemudian,  konperensi  itu  akan
                dilanjutkan  di  Jakarta  antara  31  Juli  sampai  2  Agustus  1949.  Delegasi
                BFO berjumlah 60 orang hadir dalam konperensi yang dipimpin Sultan
                Hamid  II  dan  wakilnya  Anak  Agung  Gde  Agung.  Konferensi  Inter
                Indonesia diawali dengan sebuah resepsi di Kepresidenan pada malam
                hari tanggal 19 Juli 1949. Keesokan harinya, tanggal 2o Juli 1949 pada
                pagi hari dilakukan upacara pembukaan dan dihadiri sejumlah  105



                                                                                 155
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172