Page 18 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 18
Pengayaan Materi Sejarah
bermula dengan sajak-sajak remaja yang mendendangkan kecintaan
pada ―Sumatraku, sayang. Bukit barisan.‖ tetapi mencapai kedewasaan
ketika ―tanah airku, Indonesia‖ telah dikumandangkan, menampilkan
diri sebagai seorang pemimpin pergerakan kebangsaan yang
menjadikan kisah-kisah sejarah sebagai sumber inspirasi dalam
pergerakan nasional. Maka ketika kemerdekaan telah dicapai bangsa
Yamin pun memperkenalkan ―lima periode sejarah Indonesia‖—mulai
dari ―zaman prasejarah‖ dan mencapai puncaknya dengan ―Abad
Proklamasi‖. Biarlah nanti dipikirkan apakah ―abad Proklamasi‖
sesungguhnya berarti juga sebagai the end of history ataukah hanya
penamaan pada sebuah episode yang paling menentukan. Yamin ,
seperti halnya dengan Bung Karno, adalah seorang pemikir kesejarahan
bangsa yang ―romantis‖. Bagi mereka sejarah tanah air bukan saja
kisah yang memantulkan kejayaan yang pernah dimiliki bangsa tetapi
adalah pula petunjuk jalan ke masa depan yang penuh harapan.
Tetapi bukankah sejarah tidak bisa disamakan saja dengan
romantisme yang terpancar dalam kenangan tentang masa lalu?
Bukankah kisah sejarah adalah rekonstruksi peristiwa yang dihasilkan
oleh kajian kritis atas bahan–bahan otentik yang yang tersedia dinamika
dan peristiwa yang terjadi dalam perjalanan waktu bisa ―direkonstruksi‖
dalam bentuk kisah-sejarah? Kisah sejarah barulah bisa dianggap sah
kalau rekonstruksi yang disampaikan itu bertolak dari kecermatan dan
ketelitian penelitian yang ―jujur dan tepat‖ dari peristiwa yang pernah
terjadi. Otentisitas atau keabsahan dari kisah-sejarah tidak bisa
dipertanggungjawabkan seandainya rekonstruksi peristiwa di
kelampauan yang disampaikan itu hanyalah pantulan dari visi
romantik tentang dinamika sosial-kultural bangsa dalam perjalanan
sejarah. Tetapi andaikan memang demikianlah halnya, maka seperti
apakah rangkaian atau rentetan peristiwa di masa lalu itu seharusnya
direkonstruksi dan diajarkan? Bagaimanakah sejarah dari sebuah
wilayah yang kini disebut Indonesia sebaiknya atau bahkan seharusnya
dikisahkan? Bagaimanakah keterpisahan dan bahkan kelainan
pengalaman daerah-daerah yang kini telah membentuk suatu kesatuan
bangsa dan secara emosional dikatakan pula satu ―tanah air‖ bisa
dikisahkan dalam suatu helaan nafas sebagai ―sejarah nasional‖?
6