Page 23 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 23

kebencian yang mendalam. Entah berapa puluh atau bahkan ratus ribu
                anak  bangsa,  yang  dituduh  pengikut  komunis,  kehilangan    nyawa.
                Entah  berapa  pula  banyaknya  mereka  yang  dicurigai  itu  diperlakukan
                sebagai  ―pariah‖  dalam  konstelasi  kenegaraan  dan  bahkan  juga  dalam
                pergaulan sosial yang terbuka. Setelah sekian banyak korban berjatuhan
                dan  sekian  parah  pula  kebebasan  yang  telah  terampas  akhirnya
                ketenteraman  relatif  mulai  kembali  dirasakan.  Hal  ini  terjadi  setelah
                Presiden  Sukarno  mengeluarkan  apa  yang  disebut  ―SUPERSEMAR‖  (  11
                Maret  1967).  Tetapi  sejak  itu  pula  kewibawaan    sang    Presiden
                meluncur  dengan  deras  dan  Indonesia  mulai  mengetuk  pintu  periode
                baru dalam sejarahnya.
                        Ketika  akhirnya  (Maret,  1968)  Presiden  Sukarno,  yang
                jabatannya  sebagai  Presiden  Seumur  Hidup  telah  dicabut  MPR  ,
                meletakkan jabatan sebagai Kepala Negara dan–tentu saja juga sebagai
                Pemimpin  Besar  Revolusi‖,  maka  rezim  Orde  Baru  pun  menyatakan
                kehadiran dirinya. Bertolak dari janji kesetiaan pada Pancasila dan UUD
                1945, Orde Baru, di bawah pimpinan Jenderal Soeharto, meninggalkan
                ―revolusi‖      dan      menjadikan      ―pembangunan      nasional‖      sebagai
                semboyan dan usaha utama. Hanya saja dalam perkembangannya Orde
                Baru—setelah  melalui  proses  penguatan  kekuasaan  yang  memberi
                kebebasan  relatif  dari  sistem  wacana  selama  beberapa  tahun--
                melanjutkan  tradisi  yang  telah  dirintis  Demokrasi  Terpimpin.  Setahap
                demi  setahap  Orde  Baru  pun,  seperti  halnya  dengan  rezim  Demokrasi
                Terpimpin  yang  telah  digantikannya,  semakin  menjadikan  dirinya
                sebagai sebuah ―negara serakah‖, yang menguasai nyaris  kesemuanya--
                mulai  dari  kekuasaan  politik  dan  ekonomi  sampai  penguasaan  makna
                dalam  sistem  wacana.  Dengan  landasan  program,  bahkan  ―ideologi‖
                nasional  yang  berbeda—suasana  serta  sistem  wacana  serba  ―revolusi‖
                yang  dipelihara  Demokrasi  Terpimpin,  kini  telah  digantikan  dengan
                ―pembangunan‖.   Maka   begitulah   dalam   perjalanan   sejarahnya   Orde
                Baru  semakin  lama  semakin  memperlihatkan  dirinya  sebagai
                penyambung  yang  otentik  dari  tradisi  otoritarianisme  yang  sentralistis
                dari rezime yang telah  digantikannya.
                        Ironis  mungkin,  tetapi  di  masa  awal  dari  pertumbuhan
                kekuasaan  Orde  Baru  ini  pula  Seminar  Sejarah  Nasional  II,  diadakan
                (Agustus 1970). Hanya saja kini para politisi dan  opinion makers telah
                tersingkir.  Seminar  Sejarah  Nasional  II  adalah  pentas  yang  memberi
                kesempatan bagi para profesional dari dunia kajian sejarah untuk tampil



                                                                                   1
                                                                                   1
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28