Page 26 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 26
Pengayaan Materi Sejarah
menerbitkan hampir seratus artikel bernuansa kesejarahan yang
berbahasa Belanda yang dinilai penting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan sosial dan kemanusiaan tanah air.
Begitulah ketika kedewasaan akademis dan intelektual telah
semakin menampakkan diri maka di waktu itu pula rasa-hayat
kesejarahan yang bernuansa Indonesia-sentris semakin diperlakukan
sebagai anjuran akademis untuk memperdalam pengetahuan tentang
struktur kemasyakatan dan corak proses dan dinamika sejarah yang
pernah dan mungkin masih dialami masyarakat bangsa. Kebenaran
historis dan ketepatan analisis dari masalah dan peristiwa sejarah telah
semakin menjadi perhatian utama. Betapapun kecintaan pada tanah air
tidak berkurang dan betapapun pula hasrat untuk mendapatkan hikmah
dari pengalaman bangsa di kelampauan tetap besar, namun ternyata
juga para sejarawan telah semakin menjadikan diri mereka sebagai
bagian dari dunia ilmu pengetahuan yang secara akademis merelatifkan
batas-batas politik dan geografis. Dalam situasi akademis inilah pula
disiplin-disiplin keilmuan lain, terutama sosiologi, antropologi dan ilmu
politik dan bahkan ekonomi ―melakukan penetrasi akademis‖ ke dalam
alur analisis dan bahkan corak rekonstruksi peristiwa kesejarahan. Dalam
suasana inilah pula kesempitan wilayah perhatian, ketika aktor-sejarah
terpaku pada aktivitas bangsa sendiri, mulai melonggar pula. Meskipun
dalam kenyataan harian tampak juga bahwa perhatian utama para
sejarawan ialah dinamika kehidupan masyarakat bangsa sendiri,
bukannya masyarakat dan budaya ―orang asing‖, tetapi jika
diperhatikan lebih mendalam maka tampaklah bahwa faktor utama yang
semakin menentukan corak pilihan ialah hasrat untuk mendapatkan
pemahaman akademis yang mendalam tentang dinamika dan
problematik kesejarahan yang bisa jadi bersifat universal..
Sejak kembali ke tanah air, Sartono Kartodirdjo, yang telah lebih
dulu diangkat sebagai guru besar sejarah di Fakultas Sastra dan
Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, mulai memperkenalkan
pendekatan yang dinamakannya ―multidimensional‖. Dengan
pendekatan ini maka studi sejarah tidak lagi terpaku hanya pada
dinamika peristiwa berdasarkan urutan kejadian saja, tetapi juga pada
struktur sosial-kultural yang merupakan wadah dari rangkaian peristiwa
yang terjadi itu. Dengan pendekatan ini maka sejarawan mulai
membiasakan diri untuk mengikuti dinamika yang terjadi dalam
wilayah ilmu-ilmu sosial yang lain. Sosiologi, khususnya sosiologi-
14