Page 31 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 31
―sejarah perang Kemerdekaan‖. Dengan penamaan ini maka implikasi
ideologis dan politiknya pun jelas pula. Ketika kata ‖perang‖ telah
dikatakan bukankah ―tentara ― telah diakui sebagai aktor utama? Orde
Baru memang bisa juga dilihat sebagai rezim yang mengembangkan
tradisi penulisan sejarah militer, meskipun pelopornya, Jenderal
Nasution, disingkirkan secara politik.
Jadi mudahlah dipahami mengapa dalam situasi otoriter yang
bersifat ―pilih-kasih‖ ini majalah MSI, Jurnal Sejarah, bisa terbit tanpa
sedikitpun mendapat gangguan politik. Majalah ini hanya terganggu oleh
―kelalaian‖ para pengelola. Kadang-kadang majalah terbit dengan isi
yang bernas, tetapi kadang-kadang kehadiran majalah menjadi tanda
tanya juga. Jika dibiarkan saja tanpa ditegur sejarawan mungkin juga
bukanlah pengelola majalah yang bisa diandalkan.
Sementara itu IAIN pun mengalami perubahan. Konsep studi
Islam tidak lagi sekadar melakukan modernisasi sistem pendidikan
pesantren tetapi juga berarti keharusan memperdalam pengetahuan
dalam ilmu sosial dan kemanusiaan. Satu-dua dan kemudian bertambah
banyak juga sarjana IAIN, kemudian menjadi UIN ( Universitas Islam
Negeri) yang mendapat gelar akademis M.A. dan Ph.D. di beberapa
universitas dunia Barat. Hal ini diperkuat pula oleh bantuan Canada
untuk penyelenggaraan hubungan kerjasama Departemen Agama
dengan McGill University (Montreal, Canada). Ketika masih
dimungkinkan untuk aktif Biro Studi Indonesia, yang berpusat di Leiden,
bekerjasama dengan Universitas Leiden , juga menyelenggarakan
program pascasarjana untuk kajian Islam. Maka begitulah di samping
beberapa universitas di Amerika Serikat serta McGill di Canada Leiden
juga menghasilkan doktor dalam berbagai aspek dari sejarah Islam di
Indonesia. Sementara itu IAIN/UIN Jakarta berhasil juga menerbitkan
majalah ilmiah internasional, dengan mutu yang meyakinkan, Studia
Islamika. Bisalah dipahami juga kalau studi tentang sejarah
perkembangan dan pemikiran Islam di Indonesia mendapat jatah yang
besar juga dalam setiap nomer penerbitan.
Ketika masanya telah sampai maka semuanya pun harus
berakhir juga. Seperti tiba-tiba saja krisis moneter yang hebat datang
melanda tanah air yang tercinta ini. Seketika itu pula bukan saja
ekonomi negara menghadapi krisis yang cukup serius, landasan
ideologis kekuasaan Orde Baru pun memperlihatkan betapa landasan
1
9